Dear Little Bee

The First Little Letter to The Firstborn

11. September 2018

Dear, my firstborn, Bilal.

Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh

Apa kabar, sweetheart

Surat kecil ini Ambu ketik ketika usiamu genap setahun. Setahun pertamamu adalah tahun yang paling berwarna untuk Ambu, tak lain karena kehadiranmu sayang. 

Terima kasih, sayang. Alhamdulillaah, Bilal tak pernah buat Ambu susah, sangat pengertian mashaaAllah. Mulai dari kehamilan yang dirasa mudah tanpa morning sick yang berarti,justru kamulah kekuatan untuk survive saat “badai besar” sempat terjadi di minggu-minggu akhir kamu menginap dalam rahim Ambu. Yes darling, you’re the best bestfriend of mine since the very beginning. Lalu, persalinan yang walaupun qadarullah Ambu mengalami Pasca-Eklampsia, harus menjalani operasi vagina (which is operasi pertama dalam hidup Ambu), pemulihan yang terbilang lamban juga, namun Ambu merasa bahagia. Tidak merasa direpotkan sama sekali. If I should do everything all over again for you, wallahi I would love to. Kemudian, sejak newborn sampai sekarang Bilal tak pernah sakit, tak pernah begadang, tak pernah susah makan. MashaaAllaah.

Terima kasih, sayang. Alhamdulillaah, Bilal adalah qurrota ‘ayyun, terutama untuk sesiapa yang menyayangimu. Penenteram jiwa saat sedih, kecewa, marah, kesal, dsj, melanda. MashaaAllaah. Bilal, you’re the sweetest. Tak hanya senantiasa datang memeluk dengan tawamu untuk menghibur, seakan paham Ambu sedang berduka hati, kamu pun akan datang dengan senyum dan tatap terpesona saat Ambu sedang dress up well dan dandan sedikit, yang mana selalu berhasil membuat Ambu tersipu dan haru. Ambu tak habis pikir, bayi sepertimu mampu bersikap sedemikian manis. MashaaAllaah.

Terima kasih, sayang. Bilal is the real explorer. Kamu mengajarkan Ambu banyak hal, diantaranya yang terindah ialah untuk berani bermimpi dan bertualang. Lagi-lagi, kamu yang baru bisa melangkah satu atau dua, namun mampu buat Ambu (dan Aba) berani ambil langkah-langkah baru, langkah kecil maupun besar, lebih hebat dari sebelumnya.

Dari semua kebahagiaan, kebaikan dan kemudahan yang kamu bawa, Ambu mohon maaf atas setiap kelalaian Ambu selama ini. Mulai dari baby blues yang menyerang Ambu tipis-tipis di bulan-bulan pertama kamu, tak lain karena Ambu tiba-tiba merasa tak siap dan pesimis seolah tak akan pernah mampu menghadapi kehidupan sebagai seorang Ibu. But, as your father convinced me, Allah will never give a single thing that He knows we can’t handle. Then now, you’re blooming, and never fail to amaze me; How nice Allah is to me.

Bilal sayang, mohon maafkan khilafnya Ambu yang seringnya kurang sabar, sering membiarkan Bilal sendiri, yang mana Bilal tidak suka, hanya demi kesenangan Ambu sendiri atau untuk memenuhi tanggungjawab Ambu sebagai istri. Terlepas dari itu, I love you, always. 

My prayer for you remains the same;

May Allah protect and guide you always.

May Allah shower you with blessings and mercy.

Ambu ridha padamu Bilal Abdel-Hafeez, semoga ridha Allah juga terlimpahkan untukmu. Aamiin.

Last but not least, I wrote this in purpose to remind older version of you that you are born to be wonderful. Never let anything or anyone drive you down. People make mistakes, but the great ones are them who always raise higher after every falls. And the most important is, fear and obey ALLAH! Remember Allah in everything you do, I assure you that with it you will never fail in life, and more so in the life after your death. We all are literally nothing without Him.

Grow well, son. I wish I could witness all your achievements in life, but I always pray for getting the chance to witness your best-biggest achievements; it’s when we can gather again in Jannah, and you will give me and your father the noble crowns and robe from Allah cos you manage to be a real hafidzul Qur’an. :’)

Dengan gerimis penuh haru dan harapan,

Dortmund, 1 Muharram 1440H

Ambu

No Comments

Leave a Reply