Setelah penantian (dan LDR Jerman-Indonesia) selama setengah tahun, akhirnya visa saya dikabulkan pada September 2016. Alhamdulillah, pak suami bisa langsung jemput saya di (penghujung) bulan yang sama. Kami pun memutuskan untuk liburan (baca: bulan madu) dulu di Indonesia sebelum saya diboyong pindah ke Jerman.
Karena sangat mendadak, diambil lah Bali, si destinasi mainstream untuk honeymoon. Tadinya mau ke Lombok, mendaki Gunung Rinjani. Tapi pak suami ragu, khawatir dengan kondisi fisik istrinya yang belum terlatih. Jadi yaa mungkin next time setelah saya rajin olah raga.
Kami dapat flight ke Bali tepat sehari di hari kedatangan pak suami di Cengkareng. Pak suami tiba pukul satu dini hari, dan penerbangan ke Bali terjadwal pada pukul 11 siangnya. Jadi, kami menginap di hotel dekat bandara dulu deh. Hotelnya nyaman, kamarnya luas dan bersih, pelayanannya ramah, sarapannya juga beragam dan enak.
1 Oktober 2016, atau bertepatan dengan 1 Muharram 1438H.
Kami diantar pihak hotel ke bandara setelah sarapan, sebelum dzuhur. Kami menggunakan pesawat GarudaIndonesia yg mana punya terminal khusus di Bandara Soekarno-Hatta, yakni Terminal 3 (yg waktu itu belum campur dengan AirAsia jalur penerbangan internasional). Terminal baru ini terlihat modern, bersih, sangat luas, pokoknya keren. Pak suami pun terpesona haha sampai berkabar ke keluarganya kalau ternyata Indonesia punya bandara kece. Bahkan beliau bilang, terminal ini mungkin one of the best terminals he has ever visited. Bangga dong saya jadinya. ^^
Sayang, begitu kami puji keapikan terminal baru, pesawat kami delay sekitar setengah jam. Sempat kaget sih, karena GarudaIndonesia terkenal sebagai top airlines, kok masih bisa telat? Tapi, pihak maskapai memberi kami cemilan sebagai bentuk kompensasi keterlambatannya. Yaa, kami pun sebenernya happy-happy aja karena excited liburan berdua, masih malu-malu, namanya juga pengantin baru. 😛
Akibat cuaca yang kurang mendukung, parkir pesawat di Bandara Ngurah Rai penuh, kami pun dibawa berputar-putar di udara. Sempat terlihat pulau Nusa Tenggara dari atas. Setelah kurang lebih sejam, pesawat kami pun mendarat di pulau dewata. Pihak villa tempat kami menginap sudah menunggu, siap mengantar kami ke villa. Kami lupa kalau jarak villa (di Seminyak) lumayan jauh dari bandara (di Denpasar), jadi kami sampai villa ketika hari sudah gelap.
Kami gak pake agen, jadi harus mengurus semua sendiri; tiket pesawat, tempat menginap, itinerary, etc. Saya masih ingat keriweuhan kami beberapa hari sibuk mencari tempat menginap yg sesuai keinginan tapi masih on budget. Kami mencari villa, memang bukan hotel, dengan fasilitas kolam renang pribadi yang benar-benar terjaga dari pandangan luar. Kami suka dan ingin berenang di liburan kali ini dan kami tidak mau berenang di kolam renang umum karena pasti campur laki-laki dan perempuan. Alhamdulillah, kami menemukan sesuai apa yang diharapkan.
Buah Bali Villa, Seminyak, Bali.
Sejak dijemput di bandara, sampai tiba di Villa, bahkan hingga nanti kami diantar pulang lagi, kami disambut hangat oleh para staff villa yang melayani dengan sangat ramah. Villanya luas, asri, bersih, pokoknya dijamin bikin betah deh hehe.
Berhubung kami pesan paket bulan madu, jadi villa kami penuh dengan taburan bunga dimana-mana. Saya sempat lihat di galerinya kalau paket honeymoon ini includes taburan bunga memenuhi kolam renang, tapi ternyata hanya lilin-lilin kecil (yang dinyalakan hanya ketika candle light dinner) yang mengelilingi kolam renang. Tetap jujur, suasananya (ro)man(t)is banget, saya suka. I’ve never thought something gorgeous like this would happen in my life. Gak pernah kepikiran sama sekali bakal ngerasain bulanmadu, tapi Allah kasih rizki seindah ini. Alhamdulillahiladzi bini’matihi tatimmussalihaat.
Begitu selesai bongkar koper dan heboh norak nemu villa yang cakep bener, kami berdua lapar, sedangkan restoran villa sudah tutup. Tapi alhamdulillah saya bawa mie instant dari Bogor, didukung dengan peralatan dapur villa yang lengkap. Jadilah tengah malam kami nyemil mie instant semangkok berdua sambil nonton.
Setelah subuh, kicau burung di udara Bali yang masih segar menambah syahdu pagi. Sarapan yang disediakan juga banyak, bervariasi (kita bisa pilih sebelumnya, dan menurut kami sih enak.
Kami stay di Bali sekitar sepekan, dan merencanakan hanya sehari untuk jalan-jalan jelajah beberapa destinasi wisata di Bali, sisanya kami memilih untuk menikmati villa (baca: main air). Rate villanya sudah lumayan merogoh kantong, sekitar 200€ atau 3,5jt rupiah per malam, jadi sayang kalau gak dinikmati sepuasnya hehe. Dan kebetulan, dalam paket bulanmadu ini sudah termasuk sewa mobil dengan supir seharian bebas kemana aja.
Sehari Explore Bali
Sebelumnya saya sudah menyiapkan itinerary sendiri, menyusun rute bagaimana bisa mengunjungi destinasi wisata sebanyak mungkin dalam waktu sehari. Setelah sarapan kami mulai perjalanan, pak supir sudah menunggu di tempat parkir. Beliau ramah dan sopan.
Masjid Agung Ibnu Batutah, Nusa Dua
Karena suami dan saya berazam, kami harus memasukkan agenda “keliling masjid” pada setiap perjalanan traveling kami, maka destinasi pertama yang kami kunjungi adalah sebuah masjid ternama yang bertetangga dengan rumah ibadah agama lainnya seperti Gereja dan Kuil. Masjid ini berada di Nusa Dua, sejam perjalanan dari villa. Masjidnya bersih dan tenang, sayup terdengar suara anak-anak mengaji juga. Selepas shalat tahiyat masjid, kami pun menyempatkan untuk ambil beberapa gambar dari rumah-rumah ibadah di sebelahnya. Biar berbeda, tetapi tetap rukun, sungguh mencerminkanBhinneka Tunggal Ika.
Pantai Pandawa
Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata di selatan Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan dan sering disebut sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar pantai ini terdapat dua tebing yang sangat besar yang pada salah satu sisinya dipahat patung-patung Pandawa Lima dan Dewi Kunti. Keenam patung tersebut secarara berurutan (dari posisi tertinggi) diberi penejasan nama Dewi Kunti, Dharma, Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Pantai Dreamland
Pantai Dreamland adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di daerah bernama Pecatu, tak jauh dari Pantai Pandawa. Lokasi pantai ini berada dalam kompleks Bali Pecatu Graha (Kuta Golf Link Resort). Maka dari itu, kita harus masuk ke dalam semacam perumahan untuk mencapai pantai ini.
Pak Supir pun bercerita, pelataran pantai indah ini semula hanya titik kecil dari hektaran area milik PT Bali Pecatu Graha (BPG) yang sempat heboh pada tahun 1996. Lahan seluas itu diborong untuk disulap menjadi resor superluks “Resor Pecatu Indah”.
Konon resor itu akan dipadukan dengan kawasan wisata, seraya memanfaatkan keindahan dan keaslian alam, sekaligus pelestarian lingkungan hidup. Pemilik resor tersebut, Tommy Soeharto, anak mantan Presiden Soeharto, hendak membuat “lingkungan permukiman dan wisata paling unik di seluruh Asia Tenggara”. Tapi seiring Indonesia tersapu krisis moneter dan krisis kredibilitas pimpinan, megaproyek ini mulai meredup. Sedangkan para penduduk desa Pecatu yang dulunya hidup sebagai petani sangat berharap proyek selesai dan mereka bisa menekuni bisnis lain di bidang pariwisata. Karena itulah lahan disekitar pantai disebut dengan Dreamland (tanah impian).
Tebing-tebing yang menjulang tinggi, dan batu karang yang lumayan besar di sekitar pantai menambah keelokan Pantai Dreamland ini.
Masjid Agung Palapa
Di perjalanan dari Pantai Dreamland, kami menemukan sebuah Masjid cukup besar masih di dalam area perumahannya. Tak ragu kami pun mampir sebentar demi misi #KelilingMasjid atau #NabilNabilaExploreMasjids kalau di kolom caption posting pertama suami di akun instagramnya.
Di sebelah masjid, ada bangunan lain seperti kantor atau tempat pertemuan. Yang menarik adalah dekorasi di depannya yang ‘instagram-able’.
Pantai Padang-Padang
Letak Pantai Padang-Padang masih searah dengan jalur ke Pantai Dreamland. Yang unik dari pantai ini adalah pintu masuknya. Kita akan melewati sebuah pura kecil dulu, kita bisa bertemu langsung dengan monyet-monyet yang berkeliaran bebas di pura ini. Setelah itu, dari pura tersebut terdapat anak tangga yang menurun, menuju ke area pantai. Tapi, anak tangga tersebut berada di sela-sela lorong tebing yang menyerupai gua. Lebarnyapun hanya cukup untuk satu orang, jadi harus satu per satu untuk melewati anak tangga tersebut.
Sebenarnya cukup zonk sih, karena pagi mulai pergi ketika kami kesana, pantai pun sangat ramai dengan para turis mancanegara yang sedang berjemur (tentunya dengan pakaian serba terbuka), maupun surfing. Kebetulan juga air laut sedang pasang, ombak meninggi dan bahkan hingga menyapu pesisir pantai lumayan jauh. Jadilah sebagian besar turis memilih untuk gulung tikar dan angkat kaki.
Pantai Kuta
Saya pribadi sudah pernah mengunjungi Pantai Kuta sebelumnya, bahkan waktu itu menginap di hotel dekat sini. Saya menyampatkan mampir lagi karena rindu suasana sekitar pantai yang khas ‘Bali banget’, terutama toko-toko kelontongnya. Tapi sayang, mungkin karena sudah banyak dikenal, sedangkan pengelolaannya tidak menyeimbangi, kami pun menemukan beberapa kesan kurang menyenangkan dari pantai ini.
Beachwalk Mall
Sedikit berjalan kaki dari Pantai Kuta, kita bisa sampai ke Beachwalk Mall. Layaknya Mall besar di ibukota, beberapa toko-toko high end brands pun berjejeran disini. Bukan itu yang menarik, melainkan beberapa spots yang (lagi-lagi) instagram-able.
Begitu sore, setelah mampir sebentar ke toko oleh-oleh, kami pun memutuskan pulang. Walaupun jatah sewa mobil yang 12jam sebenarnya masih tersisa 1-2jam lagi. Ya, dua masjid dan empat pantai dalam kurang dari sehari, termasuk jajan di Mall dan Sour Sally juga. Bagaimana? 🙂 Alhamdulillah, meski amat singkat dan cukup melelahkan jelajah Bali kali ini, tapi kami cukup puas. Tipsnya adalah menyiapkan itinerary yang searah, pergi di pagi hari sehingga destinasi wisata yang dituju belum begitu ramai pengunjung dan tidak berlama-lama di suatu tempat. Semoga membantu.
Oiya, di hari lain kami sempat mengunjungi sebuah tempat wisata
Dream Museum Zone Bali (DMZ). Kami meminta antar dari pihak villa, didrop aja, dan berjalan kaki pulangnya. Saya yang berinisiatif untuk jalan kaki, melihat jaraknya ‘hanya’ sekian menit berjalan kaki ke villa, suami setuju mengingat saya harus berlatih jalan kaki juga.
Dream Museum Zone Bali (DMZ)
Jl. Nakula No.33X, Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361
Biaya tiket masuknya Rp 100.000, dan sejujurnya menurut saya itu harga yang lumayan mahal. Saya sempat baca ternyata kalau beli tiket di agen travel justru bisa dapat harga lebih murah, bahkan hampir separuh harga saja.
Lagi-lagi, as honest review, saya kurang menikmati disini. Beberapa (artinya tidak semua) kakak-kakak penjaga yang bisa dimintai tolong untuk ambil gambar, mereka kurang ramah, bahkan cenderung judes. Seandainya bukan karena suami yang ceria dan tetap happy dan excited untuk foto-foto dengan ekspresinya yang seolah mendalami betul, sepertinya saya akan menyesal memasukkan museum ini dalam itinerary bulanmadu kami. Tapi ini kan sudah dua tahun lalu, semoga pelayanannya saat ini sudah lebih baik ya.
Setelah selasai berfoto di museum, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar setengah jam ke Gusto Gelato. Menerobos teriknya jalanan Bali saat itu. Tapi anehnya, justru saya sangat menikmati, Dari ngobrol, bercanda, sampai murajaah bareng sambil jalan. Bahkan, ini adalah momen paling berkesan di Bali, mengalahkan semua destinasi wisata yang kami kunjungi. MashaaAllaah.
Masih ada lanjutan post ini di bagian berikutnya yaitu tentang foods experience di Bali. Yuk, mari mampir! ^^
No Comments