Culinary Indonesia Traveling

Our Honeymoon in Bali (Part 2)

25. September 2018

Pada bagian ini, kita akan bahas mengenai foods experience kami selama di Bali. Karena kami memilih untuk lebih banyak tinggal di villa, maka selain makanan yang disajikan pihak villa, kami mencari jajanan di sekitar villa saja. Kebetulan villanya sendiri cukup strategis di kawasan Seminyak, tak jauh dari jalan raya yang penuh dengan beragam tempat makan. Lebih lengkap mengenai Villa tempat kami menginap ada di artikel sebelum ini, bagian pertama dari artikel lanjutan ini. Dan berikut adalah beberapa yang sempat kami cicipi;

Breakfast

Setiap malam, akan ada telpon dari front desk menanyakan menu apa yang kami inginkan untuk sarapan besok. Ada beberapa pilihan memang. Seingat saya, kami hanya mencoba dua menu; western menu yang berisi sosis goreng, kentang goreng dan sandwiches, dan menu kesukaan suami seperti yang terlihat di gambar. Kenapa suami saya suka menu ini? Sederhana sebenarnya, hanya karena “Omrice” yang tak hanya cantik, tapi juga lezat. Nasi goreng yang diselumiti telur dadar, sebuah ide yang menarik perhatian suami. Mereka juga menyediakan beberapa pilihan buah untuk jusnya, semangka jadi favorite kami. Seperti biasa, teh atau kopi, dan potongan buah pun ikut melengkapi sarapan kami.

Afternoon Snacks

Kalau kami sedang di villa, tak kemana-mana saat sore, pihak villa akan menawarkan afternoon snacks; teh atau kopi, dan cemilan seperti beberapa potong blackforest cake yang terlihat dari hasil jepretan suami di atas. Saya pilih es teh seperti biasa, dan teh panas untuk suami.

(Candle Light) Dinner

Makan malam di pesisir Pantai Jimbaran termasuk dalam paket bulanmadu kami, tapi kami tidak suka keramaian, apalagi di malam hari. Kami memilih untuk tinggal di villa saja, lebih baik berenang atau menonton film di kamar. Namun pihak villa berbaik hati menawarkan candle light dinner di Villa sebagai penggantinya. Tentu kami tak menolak. Seumur hidup saya pikir kalau makan malam ditemani nyala lilin adalah sesuatu yang romantis nan mewah, tak pernah terbayangkan bahwa saya akan mendapatkannya. Namun ternyata saya salah, bukan terang lilin dan kemewahan yang membuatnya romantis, melainkan teman makan yang menjadikannya kenangan manis tak terlupakan.

Makan malam tidak termasuk dalam paket yang kami ambil, maka kami memesan makanan dari resto villa. Waktu itu jasa antar makan (baca: gofud) belum setenar sekarang, lagipula saya merasa kurang sopan rasanya kalau harus pesan makan di luar untuk diantar ke kamar. 

Inilah beberapa menu dinner kami pada suatu malam di Bali. Nasi hangat, salad sayur, salad buah, cah kangkung, ikan goreng , sambal dan sate lilit. Akhirnya nyobain sate lilit khas Bali, langsung di Bali. Menurut kami rasa dari keseluruhan makanan dari resto villa so-so, not bad. Alhamdulillah.

The Halal Boys

Jl. Petitenget no 18, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung Bali 80316

Kami memilih untuk berjalan kaki untuk sampai ke kedai The Halal Boys yang jaraknya tak jauh dari villa tempat kami menginap. Posisinya pun strategis di pinggir jalan, sehingga mudah untuk menemukannya. Kami juga dengan mudahnya mendapatkan taksi ketika pesanan sudah siap dibawa pulang tapi hujan tiba-tiba turun.

Banyak orang mengira bahwa The Halal Boys ini adalah salah satu cabang dari The Halal Guys di New York sana. Meski mereka sama-sama menyediakan hidangan cepat saji ala timur tengah dengan nasi bertabur potongan daging ayam atau domba, mereka tetaplah dua brands yang berbeda. 

Menurut suami ini terbilang cukup murah untuk porsi yang lumayan. Kami ambil seporsi lamb dan seporsi half half (ayam dan domba). Mirip Döner Box sih, bedanya Döner Box pakai kentang goreng, kalau ini pakai nasi. Kami suka banget! Ludes dalam sekejap. Entah lapar atau emang doyan hehe.

Gardin Bistro & Patisserie Bali

Jalan Petitenget No.106, Seminyak, Kabupaten Badung, Bali 80361

Sore itu kami iseng berjalan kaki di sekitar villa, mencari santapan untuk mengganjal perut. Setelah browsing , ketemulah bistro cantik ini. Saat tiba di lokasi, kami sempat ragu, karena tempatnya terpencil di dalam gitu. Namun kami tetap mencoba mencari jalannya, dan ketemu. Gardin Bistro ini sebenarnya terletak cukup strategis di pinggir jalan besar, tapi untuk masuk ke dalam kita harus sedikit menelisik jalan kecil yang cantik. Begitu masuk, semacam menemukan harta karun, kami cukup terkejut karena asli cantik banget. Bayangkan, setiap sudutnya instagram-able.

Disclaimer: Gardin Bistro ini memang bukanlah restoran berlabel halal karena mereka pun masih menyediakan dan menggunakan wine dalam beberapa menu sajian mereka. Tapi jangan khawatir, pramusaji disini ramah semua dan mereka bersedia dengan senang hati menjelaskan menu mana saja yang sekiranya aman untuk muslim. 

Kami memesan dua macam cocktail, salad dengan udang, burger untuk saya, dan nasi bakar bebek untuk suami. Burgernya menurut saya sih standard, nah pas saya cicip bebek dan sambal-sambalnya, saya jadi menyesal tidak memesan menu yang sama dengan suami. Kalau kata Pak Bondan, Maknyus

Salad dengan udang, rasanya nendang.

Begitu mengesankan, malam berikutnya suami mengajak untuk coba dinner di Gardin Bistro. Menurutnya, sangat sulit menemukan cita rasa yang mewah dengan harga relatif murah seperti ini di negaranya, tentu jika dibanding dengan resto di Jerman. Maka kami pun menyudahi bulanmadu kami dengan candle light dinner ala-ala di Gardin Bistro ini.

Berbeda dengan suasana siang yang lebih cheerful, suasana malam disini memang terbilang lebih syahdu. Masing-masing dari kami memesan cocktail yang sama seperti yang sebelumnya kami minum. Saya pesan menu yang dipesan suami sebelumnya, nasi bakar bebek dengan aneka sambal yang mantap betul. Ada sambal matah khas Bali, sambal cabe ijo khas Padang, dan sambal tomat yang gak kalah lezat. Oiya, suami kali ini coba pesan rawon iga. Rempahnya hangat terasa, tapi untuk suami yang tidak suka pedas, ini masih bisa dinikmatinya. Ditambah saya inginmencoba Escargot Bourguingon. Suami tidak makan karena katanya tidak suka, setelah saya coba ternyata not bad buat saya. Meski masih enak tutut sih hehe.

Saya akui memang terbilang mahal, tapi sebenarnya relatif murah jika dibandingkan harga menu seperti ini di Jerman.
Rasa dan suasananya pun luar biasa. Jadi inshaaAllah worth every penny.

Sour Sally Bali

Jalan Legian Kelod 350, Petiga Marga, Kuta 80361

Sour Sally adalah sebuah outlet yogurt beku revolusioner pertama di Indonesia. Mereka sudah punya cabang di berbagai kota di Indonesia, salah satunya ada di Jakarta. Saya belum pernah coba sebelumnya, jadi begitu sudah jauh sampai di Bali, meski siang itu sedang hujan, saya tetap usahakan kesini. Ternyata saya suka, bahkan frozen yoghurt jadi salah satu jajanan kesukaan saya di Dortmund. Nah di Sour Sally ini yang jadi iconic adalah frozen yoghurt versi hitam yang diklaim mengandung charcoal yang baik untuk antioxidant .  Ada begitu banyak pilihan topping, mulai dari potongan buah sampai ke cokelat atau permen. Tempatnya juga nyaman, menarik, colorful, dan yang baru saya sadari; sangat strategis. Posisinya di pinggir jalan, cocok untuk dijadikan tempat rehat setelah berkeliling di sekitar Legian ini.

Gusto Gelato & Caffé

Jl. Mertanadi No.46B, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361

Gelato! Cemilan yang cocok banget dengan cuaca Bali hari itu. Setelah haus, lelah, badan banjir keringat, semua terbayar dengan beberapa bola gelato ini. Tak hanya rasanya yang lezat dan menyegarkan, Gusto Gelato juga menyediakan beragam pilihan rasa yang tak biasa. Bahkan beberapa ada yang tak disangka dapat dibuat dessert semaknyus ini. Contohnya Kemangi, pernahkah anda membayangkan daun kemangi dijadikan rasa sebuah gelato? Menarik dicoba bukan? Tapi kami tak mau ambil resiko, jadi kami tak coba yang rasa Kemangi haha. Ketagihan, suami bahkan order lagi untuk take away.

Sebagian pilihan rasa gelato yang tersedia.

Cafe Organic Bali

Jalan Petitenget No.99 X, Kerobokan Kelod,  Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361

Beberapa kali jalan-jalan sekitar penginapan, kami menemukan Cafe Organic dan kami tertarik. Namun sayang, kami selalu mendapatinya dalam keadaan akan atau bahkan sudah tutup. Akhirnya di suatu hari, setelah berjalan kaki dari Dream Museum Bali, lanjut ke Gusto Gelato, kami pun menyempatkan mampir ke Cafe Organic ini.

Mereka menawarkan menu makanan vegetarian yang tak hanya sehat, namun juga terjamin kesagarannya karena mereka menggunakan produk pertanian lokal. It’s always good to support local products, or? Meskipun hidangannya sederhana, terbilang sehat, mereka tidak meninggalkan cita rasa. Enak banget, serius. Suasana cafenya juga asik, pantas saja cafe ini ramai. Mayoritas customers yang datang adalah turis, yap bule sejauh mata memandang. Saya sudah sangat kelelahan, kurang berselera makan, jadi saya memilih untuk take away saja. And surprisingly, orderan saya masih fresh walau saya santap beberapa jam kemudian.

Segelas infused watersmoothie, dan Vegetarian Burger milik suami.

Yak, sekian cuplikan dari bulanmadu kami. Semoga Allah kasih rizki untuk kembali jalan-jajan di Bali lagi bersama anak-anak dan keluarga, terutama untuk menikmati kuliner Bali lainnya belum sempat kami cicipi. Nasi Pedas Ibu Andika dan menjajal kesegaran seafoods pinggir pantai misalnya. Sampai jumpa di perjalanan lainnya. 🙂

You Might Also Like

No Comments

Leave a Reply