All Posts By

Nabila Widodo

Culinary Indonesia Traveling

Our Honeymoon in Bali (Part 2)

25. September 2018

Pada bagian ini, kita akan bahas mengenai foods experience kami selama di Bali. Karena kami memilih untuk lebih banyak tinggal di villa, maka selain makanan yang disajikan pihak villa, kami mencari jajanan di sekitar villa saja. Kebetulan villanya sendiri cukup strategis di kawasan Seminyak, tak jauh dari jalan raya yang penuh dengan beragam tempat makan. Lebih lengkap mengenai Villa tempat kami menginap ada di artikel sebelum ini, bagian pertama dari artikel lanjutan ini. Dan berikut adalah beberapa yang sempat kami cicipi;

Breakfast

Setiap malam, akan ada telpon dari front desk menanyakan menu apa yang kami inginkan untuk sarapan besok. Ada beberapa pilihan memang. Seingat saya, kami hanya mencoba dua menu; western menu yang berisi sosis goreng, kentang goreng dan sandwiches, dan menu kesukaan suami seperti yang terlihat di gambar. Kenapa suami saya suka menu ini? Sederhana sebenarnya, hanya karena “Omrice” yang tak hanya cantik, tapi juga lezat. Nasi goreng yang diselumiti telur dadar, sebuah ide yang menarik perhatian suami. Mereka juga menyediakan beberapa pilihan buah untuk jusnya, semangka jadi favorite kami. Seperti biasa, teh atau kopi, dan potongan buah pun ikut melengkapi sarapan kami.

Afternoon Snacks

Kalau kami sedang di villa, tak kemana-mana saat sore, pihak villa akan menawarkan afternoon snacks; teh atau kopi, dan cemilan seperti beberapa potong blackforest cake yang terlihat dari hasil jepretan suami di atas. Saya pilih es teh seperti biasa, dan teh panas untuk suami.

(Candle Light) Dinner

Makan malam di pesisir Pantai Jimbaran termasuk dalam paket bulanmadu kami, tapi kami tidak suka keramaian, apalagi di malam hari. Kami memilih untuk tinggal di villa saja, lebih baik berenang atau menonton film di kamar. Namun pihak villa berbaik hati menawarkan candle light dinner di Villa sebagai penggantinya. Tentu kami tak menolak. Seumur hidup saya pikir kalau makan malam ditemani nyala lilin adalah sesuatu yang romantis nan mewah, tak pernah terbayangkan bahwa saya akan mendapatkannya. Namun ternyata saya salah, bukan terang lilin dan kemewahan yang membuatnya romantis, melainkan teman makan yang menjadikannya kenangan manis tak terlupakan.

Makan malam tidak termasuk dalam paket yang kami ambil, maka kami memesan makanan dari resto villa. Waktu itu jasa antar makan (baca: gofud) belum setenar sekarang, lagipula saya merasa kurang sopan rasanya kalau harus pesan makan di luar untuk diantar ke kamar. 

Inilah beberapa menu dinner kami pada suatu malam di Bali. Nasi hangat, salad sayur, salad buah, cah kangkung, ikan goreng , sambal dan sate lilit. Akhirnya nyobain sate lilit khas Bali, langsung di Bali. Menurut kami rasa dari keseluruhan makanan dari resto villa so-so, not bad. Alhamdulillah.

The Halal Boys

Jl. Petitenget no 18, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung Bali 80316

Kami memilih untuk berjalan kaki untuk sampai ke kedai The Halal Boys yang jaraknya tak jauh dari villa tempat kami menginap. Posisinya pun strategis di pinggir jalan, sehingga mudah untuk menemukannya. Kami juga dengan mudahnya mendapatkan taksi ketika pesanan sudah siap dibawa pulang tapi hujan tiba-tiba turun.

Banyak orang mengira bahwa The Halal Boys ini adalah salah satu cabang dari The Halal Guys di New York sana. Meski mereka sama-sama menyediakan hidangan cepat saji ala timur tengah dengan nasi bertabur potongan daging ayam atau domba, mereka tetaplah dua brands yang berbeda. 

Menurut suami ini terbilang cukup murah untuk porsi yang lumayan. Kami ambil seporsi lamb dan seporsi half half (ayam dan domba). Mirip Döner Box sih, bedanya Döner Box pakai kentang goreng, kalau ini pakai nasi. Kami suka banget! Ludes dalam sekejap. Entah lapar atau emang doyan hehe.

Gardin Bistro & Patisserie Bali

Jalan Petitenget No.106, Seminyak, Kabupaten Badung, Bali 80361

Sore itu kami iseng berjalan kaki di sekitar villa, mencari santapan untuk mengganjal perut. Setelah browsing , ketemulah bistro cantik ini. Saat tiba di lokasi, kami sempat ragu, karena tempatnya terpencil di dalam gitu. Namun kami tetap mencoba mencari jalannya, dan ketemu. Gardin Bistro ini sebenarnya terletak cukup strategis di pinggir jalan besar, tapi untuk masuk ke dalam kita harus sedikit menelisik jalan kecil yang cantik. Begitu masuk, semacam menemukan harta karun, kami cukup terkejut karena asli cantik banget. Bayangkan, setiap sudutnya instagram-able.

Disclaimer: Gardin Bistro ini memang bukanlah restoran berlabel halal karena mereka pun masih menyediakan dan menggunakan wine dalam beberapa menu sajian mereka. Tapi jangan khawatir, pramusaji disini ramah semua dan mereka bersedia dengan senang hati menjelaskan menu mana saja yang sekiranya aman untuk muslim. 

Kami memesan dua macam cocktail, salad dengan udang, burger untuk saya, dan nasi bakar bebek untuk suami. Burgernya menurut saya sih standard, nah pas saya cicip bebek dan sambal-sambalnya, saya jadi menyesal tidak memesan menu yang sama dengan suami. Kalau kata Pak Bondan, Maknyus

Salad dengan udang, rasanya nendang.

Begitu mengesankan, malam berikutnya suami mengajak untuk coba dinner di Gardin Bistro. Menurutnya, sangat sulit menemukan cita rasa yang mewah dengan harga relatif murah seperti ini di negaranya, tentu jika dibanding dengan resto di Jerman. Maka kami pun menyudahi bulanmadu kami dengan candle light dinner ala-ala di Gardin Bistro ini.

Berbeda dengan suasana siang yang lebih cheerful, suasana malam disini memang terbilang lebih syahdu. Masing-masing dari kami memesan cocktail yang sama seperti yang sebelumnya kami minum. Saya pesan menu yang dipesan suami sebelumnya, nasi bakar bebek dengan aneka sambal yang mantap betul. Ada sambal matah khas Bali, sambal cabe ijo khas Padang, dan sambal tomat yang gak kalah lezat. Oiya, suami kali ini coba pesan rawon iga. Rempahnya hangat terasa, tapi untuk suami yang tidak suka pedas, ini masih bisa dinikmatinya. Ditambah saya inginmencoba Escargot Bourguingon. Suami tidak makan karena katanya tidak suka, setelah saya coba ternyata not bad buat saya. Meski masih enak tutut sih hehe.

Saya akui memang terbilang mahal, tapi sebenarnya relatif murah jika dibandingkan harga menu seperti ini di Jerman.
Rasa dan suasananya pun luar biasa. Jadi inshaaAllah worth every penny.

Sour Sally Bali

Jalan Legian Kelod 350, Petiga Marga, Kuta 80361

Sour Sally adalah sebuah outlet yogurt beku revolusioner pertama di Indonesia. Mereka sudah punya cabang di berbagai kota di Indonesia, salah satunya ada di Jakarta. Saya belum pernah coba sebelumnya, jadi begitu sudah jauh sampai di Bali, meski siang itu sedang hujan, saya tetap usahakan kesini. Ternyata saya suka, bahkan frozen yoghurt jadi salah satu jajanan kesukaan saya di Dortmund. Nah di Sour Sally ini yang jadi iconic adalah frozen yoghurt versi hitam yang diklaim mengandung charcoal yang baik untuk antioxidant .  Ada begitu banyak pilihan topping, mulai dari potongan buah sampai ke cokelat atau permen. Tempatnya juga nyaman, menarik, colorful, dan yang baru saya sadari; sangat strategis. Posisinya di pinggir jalan, cocok untuk dijadikan tempat rehat setelah berkeliling di sekitar Legian ini.

Gusto Gelato & Caffé

Jl. Mertanadi No.46B, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361

Gelato! Cemilan yang cocok banget dengan cuaca Bali hari itu. Setelah haus, lelah, badan banjir keringat, semua terbayar dengan beberapa bola gelato ini. Tak hanya rasanya yang lezat dan menyegarkan, Gusto Gelato juga menyediakan beragam pilihan rasa yang tak biasa. Bahkan beberapa ada yang tak disangka dapat dibuat dessert semaknyus ini. Contohnya Kemangi, pernahkah anda membayangkan daun kemangi dijadikan rasa sebuah gelato? Menarik dicoba bukan? Tapi kami tak mau ambil resiko, jadi kami tak coba yang rasa Kemangi haha. Ketagihan, suami bahkan order lagi untuk take away.

Sebagian pilihan rasa gelato yang tersedia.

Cafe Organic Bali

Jalan Petitenget No.99 X, Kerobokan Kelod,  Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361

Beberapa kali jalan-jalan sekitar penginapan, kami menemukan Cafe Organic dan kami tertarik. Namun sayang, kami selalu mendapatinya dalam keadaan akan atau bahkan sudah tutup. Akhirnya di suatu hari, setelah berjalan kaki dari Dream Museum Bali, lanjut ke Gusto Gelato, kami pun menyempatkan mampir ke Cafe Organic ini.

Mereka menawarkan menu makanan vegetarian yang tak hanya sehat, namun juga terjamin kesagarannya karena mereka menggunakan produk pertanian lokal. It’s always good to support local products, or? Meskipun hidangannya sederhana, terbilang sehat, mereka tidak meninggalkan cita rasa. Enak banget, serius. Suasana cafenya juga asik, pantas saja cafe ini ramai. Mayoritas customers yang datang adalah turis, yap bule sejauh mata memandang. Saya sudah sangat kelelahan, kurang berselera makan, jadi saya memilih untuk take away saja. And surprisingly, orderan saya masih fresh walau saya santap beberapa jam kemudian.

Segelas infused watersmoothie, dan Vegetarian Burger milik suami.

Yak, sekian cuplikan dari bulanmadu kami. Semoga Allah kasih rizki untuk kembali jalan-jajan di Bali lagi bersama anak-anak dan keluarga, terutama untuk menikmati kuliner Bali lainnya belum sempat kami cicipi. Nasi Pedas Ibu Andika dan menjajal kesegaran seafoods pinggir pantai misalnya. Sampai jumpa di perjalanan lainnya. 🙂

Indonesia Traveling

Our Honeymoon in Bali (Part 1)

15. September 2018

Setelah penantian (dan LDR Jerman-Indonesia) selama setengah tahun, akhirnya visa saya dikabulkan pada September 2016. Alhamdulillah, pak suami bisa langsung jemput saya di (penghujung) bulan yang sama. Kami pun memutuskan untuk liburan (baca: bulan madu) dulu di Indonesia sebelum saya diboyong pindah ke Jerman.

Karena sangat mendadak, diambil lah Bali, si destinasi mainstream untuk honeymoon. Tadinya mau ke Lombok, mendaki Gunung Rinjani. Tapi pak suami ragu, khawatir dengan kondisi fisik istrinya yang belum terlatih. Jadi yaa mungkin next time setelah saya rajin olah raga. 

Kami dapat flight ke Bali tepat sehari di hari kedatangan pak suami di Cengkareng. Pak suami tiba pukul satu dini hari, dan penerbangan ke Bali terjadwal pada pukul 11 siangnya. Jadi, kami menginap di hotel dekat bandara dulu deh. Hotelnya nyaman, kamarnya luas dan bersih, pelayanannya ramah, sarapannya juga beragam dan enak. 

1 Oktober 2016, atau bertepatan dengan 1 Muharram 1438H.

Kami diantar pihak hotel ke bandara setelah sarapan, sebelum dzuhur. Kami menggunakan pesawat GarudaIndonesia yg mana punya terminal khusus di Bandara Soekarno-Hatta, yakni Terminal 3 (yg waktu itu belum campur dengan AirAsia jalur penerbangan internasional). Terminal baru ini terlihat modern, bersih, sangat luas, pokoknya keren. Pak suami pun terpesona haha sampai berkabar ke keluarganya kalau ternyata Indonesia punya bandara kece. Bahkan beliau bilang, terminal ini mungkin one of the best terminals he has ever visited. Bangga dong saya jadinya.  ^^

Sayang, begitu kami puji keapikan terminal baru, pesawat kami delay sekitar setengah jam. Sempat kaget sih, karena GarudaIndonesia terkenal sebagai top airlineskok masih bisa telat? Tapi, pihak maskapai memberi kami cemilan sebagai bentuk kompensasi keterlambatannya. Yaa, kami pun sebenernya happy-happy aja karena excited liburan berdua, masih malu-malu, namanya juga pengantin baru. 😛

Akibat cuaca yang kurang mendukung, parkir pesawat di Bandara Ngurah Rai penuh, kami pun dibawa berputar-putar di udara. Sempat terlihat pulau Nusa Tenggara dari atas. Setelah kurang lebih sejam, pesawat kami pun mendarat di pulau dewata. Pihak villa tempat kami menginap sudah menunggu, siap mengantar kami ke villa. Kami lupa kalau jarak villa (di Seminyak) lumayan jauh dari bandara (di Denpasar), jadi kami sampai villa ketika hari sudah gelap. 

Kami gak pake agen, jadi harus mengurus semua sendiri; tiket pesawat, tempat menginap, itineraryetc. Saya masih ingat keriweuhan kami beberapa hari sibuk mencari tempat menginap yg sesuai keinginan tapi masih on budget. Kami mencari villa, memang bukan hotel, dengan fasilitas kolam renang pribadi yang benar-benar terjaga dari pandangan luar. Kami suka dan ingin berenang di liburan kali ini dan kami tidak mau berenang di kolam renang umum karena pasti campur laki-laki dan perempuan. Alhamdulillah, kami menemukan sesuai apa yang diharapkan.

Buah Bali Villa, Seminyak, Bali.

Sejak dijemput di bandara, sampai tiba di Villa, bahkan hingga nanti kami diantar pulang lagi, kami disambut hangat oleh para staff villa yang melayani dengan sangat ramah. Villanya luas, asri, bersih, pokoknya dijamin bikin betah deh hehe

Berhubung kami pesan paket bulan madu, jadi villa kami penuh dengan taburan bunga dimana-mana. Saya sempat lihat di galerinya kalau paket honeymoon ini includes taburan bunga memenuhi kolam renang, tapi ternyata hanya lilin-lilin kecil (yang dinyalakan hanya ketika candle light dinner) yang mengelilingi kolam renang. Tetap jujur, suasananya (ro)man(t)is banget, saya suka.  I’ve never thought something gorgeous like this would happen in my life. Gak pernah kepikiran sama sekali bakal ngerasain bulanmadu, tapi Allah kasih rizki seindah ini. Alhamdulillahiladzi bini’matihi tatimmussalihaat. 

Begitu selesai bongkar koper dan heboh norak nemu villa yang cakep bener, kami berdua lapar, sedangkan restoran villa sudah tutup. Tapi alhamdulillah saya bawa mie instant dari Bogor, didukung dengan peralatan dapur villa yang lengkap. Jadilah tengah malam kami nyemil mie instant semangkok berdua sambil nonton.

Setelah subuh, kicau burung di udara Bali yang masih segar menambah syahdu pagi. Sarapan yang disediakan juga banyak, bervariasi (kita bisa pilih sebelumnya, dan menurut kami sih enak. 

Kami stay di Bali sekitar sepekan, dan merencanakan hanya sehari untuk jalan-jalan jelajah beberapa destinasi wisata di Bali, sisanya kami memilih untuk menikmati villa (baca: main air). Rate villanya sudah lumayan merogoh kantong, sekitar 200€ atau 3,5jt rupiah per malam, jadi sayang kalau gak dinikmati sepuasnya hehe. Dan kebetulan, dalam paket bulanmadu ini sudah termasuk sewa mobil dengan supir seharian bebas kemana aja. 

Sehari Explore Bali

Sebelumnya saya sudah menyiapkan itinerary sendiri, menyusun rute bagaimana bisa mengunjungi destinasi wisata sebanyak mungkin dalam waktu sehari. Setelah sarapan kami mulai perjalanan, pak supir sudah menunggu di tempat parkir. Beliau ramah dan sopan. 

Masjid Agung Ibnu Batutah, Nusa Dua

Karena suami dan saya berazam, kami harus memasukkan agenda “keliling masjid” pada setiap perjalanan traveling kami, maka destinasi pertama yang kami kunjungi adalah sebuah masjid ternama yang bertetangga dengan rumah ibadah agama lainnya seperti Gereja dan Kuil. Masjid ini berada di Nusa Dua, sejam perjalanan dari villa. Masjidnya bersih dan tenang, sayup terdengar suara anak-anak mengaji juga. Selepas shalat tahiyat masjid, kami pun menyempatkan untuk ambil beberapa gambar dari rumah-rumah ibadah di sebelahnya. Biar berbeda, tetapi tetap rukun, sungguh mencerminkanBhinneka Tunggal Ika.

Pantai Pandawa

Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata di selatan Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan dan sering disebut sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar pantai ini terdapat dua tebing yang sangat besar yang pada salah satu sisinya dipahat patung-patung Pandawa Lima dan Dewi Kunti. Keenam patung tersebut secarara berurutan (dari posisi tertinggi) diberi penejasan nama Dewi Kunti, Dharma, Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. 

Pantai Dreamland

Pantai Dreamland adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di daerah bernama Pecatu, tak jauh dari Pantai Pandawa.  Lokasi pantai ini berada dalam kompleks Bali Pecatu Graha (Kuta Golf Link Resort). Maka dari itu, kita harus masuk ke dalam semacam perumahan untuk mencapai pantai ini.

Pak Supir pun bercerita, pelataran pantai indah ini semula hanya titik kecil dari hektaran area milik PT Bali Pecatu Graha (BPG) yang sempat heboh pada tahun 1996. Lahan seluas itu diborong untuk disulap menjadi resor superluks “Resor Pecatu Indah”.

Konon resor itu akan dipadukan dengan kawasan wisata, seraya memanfaatkan keindahan dan keaslian alam, sekaligus pelestarian lingkungan hidup. Pemilik resor tersebut, Tommy Soeharto, anak mantan Presiden Soeharto, hendak membuat “lingkungan permukiman dan wisata paling unik di seluruh Asia Tenggara”. Tapi seiring Indonesia tersapu krisis moneter dan krisis kredibilitas pimpinan, megaproyek ini mulai meredup. Sedangkan para penduduk desa Pecatu yang dulunya hidup sebagai petani sangat berharap proyek selesai dan mereka bisa menekuni bisnis lain di bidang pariwisata. Karena itulah lahan disekitar pantai disebut dengan Dreamland (tanah impian).

Tebing-tebing yang menjulang tinggi, dan batu karang yang lumayan besar di sekitar pantai menambah keelokan Pantai Dreamland ini.

Masjid Agung Palapa

Di perjalanan dari Pantai Dreamland, kami menemukan sebuah Masjid cukup besar masih di dalam area perumahannya. Tak ragu kami pun mampir sebentar demi misi #KelilingMasjid atau #NabilNabilaExploreMasjids kalau di kolom caption posting pertama suami di akun instagramnya.

Di sebelah masjid, ada bangunan lain seperti kantor atau tempat pertemuan. Yang menarik adalah dekorasi di depannya yang ‘instagram-able’. 

Pantai Padang-Padang

Letak Pantai Padang-Padang masih searah dengan jalur ke Pantai Dreamland. Yang unik dari pantai ini adalah pintu masuknya. Kita akan melewati sebuah pura kecil dulu, kita bisa bertemu langsung dengan monyet-monyet yang berkeliaran bebas di pura ini. Setelah itu, dari pura tersebut terdapat anak tangga yang menurun, menuju ke area pantai. Tapi, anak tangga tersebut berada di sela-sela lorong tebing yang menyerupai gua. Lebarnyapun hanya cukup untuk satu orang, jadi harus satu per satu untuk melewati anak tangga tersebut. 

Sebenarnya cukup zonk sih, karena pagi mulai pergi ketika kami kesana, pantai pun sangat ramai dengan para turis mancanegara yang sedang berjemur (tentunya dengan pakaian serba terbuka), maupun surfing. Kebetulan juga air laut sedang pasang, ombak meninggi dan bahkan hingga menyapu pesisir pantai lumayan jauh. Jadilah sebagian besar turis memilih untuk gulung tikar dan angkat kaki. 

Pantai Kuta

Saya pribadi sudah pernah mengunjungi Pantai Kuta sebelumnya, bahkan waktu itu menginap di hotel dekat sini. Saya menyampatkan mampir lagi karena rindu suasana sekitar pantai yang khas ‘Bali banget’, terutama toko-toko kelontongnya. Tapi sayang, mungkin karena sudah banyak dikenal, sedangkan pengelolaannya tidak menyeimbangi, kami pun menemukan beberapa kesan kurang menyenangkan dari pantai ini. 

Beachwalk Mall

Sedikit berjalan kaki dari Pantai Kuta, kita bisa sampai ke Beachwalk Mall. Layaknya Mall besar di ibukota, beberapa toko-toko high end brands pun berjejeran disini. Bukan itu yang menarik, melainkan beberapa spots yang (lagi-lagi) instagram-able. 

Begitu sore, setelah mampir sebentar ke toko oleh-oleh, kami pun memutuskan pulang. Walaupun jatah sewa mobil yang 12jam sebenarnya masih tersisa 1-2jam lagi. Ya, dua masjid dan empat pantai dalam kurang dari sehari, termasuk jajan di Mall dan Sour Sally juga. Bagaimana? 🙂 Alhamdulillah, meski amat singkat  dan cukup melelahkan jelajah Bali kali ini, tapi kami cukup puas. Tipsnya adalah menyiapkan itinerary yang searah, pergi di pagi hari sehingga destinasi wisata yang dituju belum begitu ramai pengunjung dan tidak berlama-lama di suatu tempat. Semoga membantu.

Oiya, di hari lain kami sempat mengunjungi sebuah tempat wisata 
Dream Museum Zone Bali (DMZ). Kami meminta antar dari pihak villa, didrop aja, dan berjalan kaki pulangnya. Saya yang berinisiatif untuk jalan kaki, melihat jaraknya ‘hanya’ sekian menit berjalan kaki ke villa, suami setuju mengingat saya harus berlatih jalan kaki juga.

Dream Museum Zone Bali (DMZ)

Jl. Nakula No.33X, Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361

Biaya tiket masuknya Rp 100.000, dan sejujurnya menurut saya itu harga yang lumayan mahal. Saya sempat baca ternyata kalau beli tiket di agen travel justru bisa dapat harga lebih murah, bahkan hampir separuh harga saja. 

Lagi-lagi, as honest review, saya kurang menikmati disini. Beberapa (artinya tidak semua) kakak-kakak penjaga yang bisa dimintai tolong untuk ambil gambar, mereka kurang ramah, bahkan cenderung judes. Seandainya bukan karena suami yang ceria dan tetap happy dan excited untuk foto-foto dengan ekspresinya yang seolah mendalami betul, sepertinya saya akan menyesal memasukkan museum ini dalam itinerary bulanmadu kami.  Tapi ini kan sudah dua tahun lalu, semoga pelayanannya saat ini sudah lebih baik ya.

Setelah selasai berfoto di museum, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar setengah jam ke Gusto Gelato. Menerobos teriknya jalanan Bali saat itu. Tapi anehnya, justru saya sangat menikmati, Dari ngobrol, bercanda, sampai murajaah bareng sambil jalan. Bahkan, ini adalah momen paling berkesan di Bali, mengalahkan semua destinasi wisata yang kami kunjungi. MashaaAllaah.

Masih ada lanjutan post ini di bagian berikutnya yaitu tentang foods experience di Bali. Yuk, mari mampir! ^^

Dear Little Bee

The First Little Letter to The Firstborn

11. September 2018

Dear, my firstborn, Bilal.

Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh

Apa kabar, sweetheart

Surat kecil ini Ambu ketik ketika usiamu genap setahun. Setahun pertamamu adalah tahun yang paling berwarna untuk Ambu, tak lain karena kehadiranmu sayang. 

Terima kasih, sayang. Alhamdulillaah, Bilal tak pernah buat Ambu susah, sangat pengertian mashaaAllah. Mulai dari kehamilan yang dirasa mudah tanpa morning sick yang berarti,justru kamulah kekuatan untuk survive saat “badai besar” sempat terjadi di minggu-minggu akhir kamu menginap dalam rahim Ambu. Yes darling, you’re the best bestfriend of mine since the very beginning. Lalu, persalinan yang walaupun qadarullah Ambu mengalami Pasca-Eklampsia, harus menjalani operasi vagina (which is operasi pertama dalam hidup Ambu), pemulihan yang terbilang lamban juga, namun Ambu merasa bahagia. Tidak merasa direpotkan sama sekali. If I should do everything all over again for you, wallahi I would love to. Kemudian, sejak newborn sampai sekarang Bilal tak pernah sakit, tak pernah begadang, tak pernah susah makan. MashaaAllaah.

Terima kasih, sayang. Alhamdulillaah, Bilal adalah qurrota ‘ayyun, terutama untuk sesiapa yang menyayangimu. Penenteram jiwa saat sedih, kecewa, marah, kesal, dsj, melanda. MashaaAllaah. Bilal, you’re the sweetest. Tak hanya senantiasa datang memeluk dengan tawamu untuk menghibur, seakan paham Ambu sedang berduka hati, kamu pun akan datang dengan senyum dan tatap terpesona saat Ambu sedang dress up well dan dandan sedikit, yang mana selalu berhasil membuat Ambu tersipu dan haru. Ambu tak habis pikir, bayi sepertimu mampu bersikap sedemikian manis. MashaaAllaah.

Terima kasih, sayang. Bilal is the real explorer. Kamu mengajarkan Ambu banyak hal, diantaranya yang terindah ialah untuk berani bermimpi dan bertualang. Lagi-lagi, kamu yang baru bisa melangkah satu atau dua, namun mampu buat Ambu (dan Aba) berani ambil langkah-langkah baru, langkah kecil maupun besar, lebih hebat dari sebelumnya.

Dari semua kebahagiaan, kebaikan dan kemudahan yang kamu bawa, Ambu mohon maaf atas setiap kelalaian Ambu selama ini. Mulai dari baby blues yang menyerang Ambu tipis-tipis di bulan-bulan pertama kamu, tak lain karena Ambu tiba-tiba merasa tak siap dan pesimis seolah tak akan pernah mampu menghadapi kehidupan sebagai seorang Ibu. But, as your father convinced me, Allah will never give a single thing that He knows we can’t handle. Then now, you’re blooming, and never fail to amaze me; How nice Allah is to me.

Bilal sayang, mohon maafkan khilafnya Ambu yang seringnya kurang sabar, sering membiarkan Bilal sendiri, yang mana Bilal tidak suka, hanya demi kesenangan Ambu sendiri atau untuk memenuhi tanggungjawab Ambu sebagai istri. Terlepas dari itu, I love you, always. 

My prayer for you remains the same;

May Allah protect and guide you always.

May Allah shower you with blessings and mercy.

Ambu ridha padamu Bilal Abdel-Hafeez, semoga ridha Allah juga terlimpahkan untukmu. Aamiin.

Last but not least, I wrote this in purpose to remind older version of you that you are born to be wonderful. Never let anything or anyone drive you down. People make mistakes, but the great ones are them who always raise higher after every falls. And the most important is, fear and obey ALLAH! Remember Allah in everything you do, I assure you that with it you will never fail in life, and more so in the life after your death. We all are literally nothing without Him.

Grow well, son. I wish I could witness all your achievements in life, but I always pray for getting the chance to witness your best-biggest achievements; it’s when we can gather again in Jannah, and you will give me and your father the noble crowns and robe from Allah cos you manage to be a real hafidzul Qur’an. :’)

Dengan gerimis penuh haru dan harapan,

Dortmund, 1 Muharram 1440H

Ambu