The Life-Changing Magic of Tidying by Marie Kondo
Penasaran dengan buku ini setelah lihat instastorynya Kak Nadhira Arini, pas banget momennya dengan kemumetan keluarga kami (terutama saya pribadi) dengan kondisi rumah yang rasanya tak kunjung sampai pada titik kerapian yang diharapkan. Padahal kami sudah memperbaiki sistem dan intensitas bebenah kami, baik secara kuantitas, maupun kualitas. Namun tetap saja, saya selalu merasa mumet di rumah, sering ngedumel, bahkan sampai cukup depresi yang mengganggu keharmonisan keluarga kami. Bahaya kan? Makanya saya langsung gercep buat lahap buku ini sampai tuntas, dan langsung sambil mempraktikan setiap langkahnya berdua dengan suami. And it is truly life-changing! I have no idea what to say, I’m just so grateful to find this what so called KonMarie method, mashaaAllaah. Kalau kamu bukan tipe yang suka baca buku, there is KonMarie method series already available in Netflix. Dari buku ini, saya menyadari bahwa tidying up is one of my favorite things to do even since I was kid. Boleh tanya keluarga saya di Bogor, kalau saya sering banget tiba-tiba bebenah kamar, lemari buku, meja belajar, dsb. I know I’m not good on keeping my room clean, but really, I love to tidy up. Mainly on declutter things and make more space. Semacam terapi buat saya, sebuah kenikmatan sendiri menyaksikan perubahan ‘before‘ dan ‘after‘ yang signifikan. All I need is to find the right way to do it, and KonMarie method is just simply an answer to what I’m looking for. Beberes rumah pun jadi menyenangkan, alhamdulillah.
Goodbye Things by Fumio Sasaki
Beli buku ini di Amazon karena sering muncul sebagai suggestion sejak order bukunya Marie Kondo, dan tertarik dengan ilustrasi yang ditampilkan oleh penulis; rumah yang sangat super minimalis. Adem aja liatnya, menggambarkan salah satu cita-cita besar saya. Benar saja, di awal buku, kita akan disuguhi oleh sejumlah foto dari beberapa pelaku gaya hidup minimalis. Penulis juga menunjukkan perbedaan ‘before‘ dan ‘after‘ kondisi rumah beliau saat memulai hidup minimalis, ‘satisfying‘ gitu juga lihat perubahannya yang signifikan. Namun sayang, setelah memasuki separuh akhir buku, bacaannya jadi membosankan. Atau mungkin karena belum lama saya membaca buku sejenis sebelumnya, jadi terkesan isinya kurang lebih hanya pengulangan saja.
Ada satu yang sangat membekas setelah membaca buku ini, bahwa kita hanya menikmati sesuatu yang baru hanya sebentar. Gadget baru, pakaian baru, prestasi baru, bahkan mungkin status baru, excitement-nya hanya bertahan beberapa jam saja. Selanjutnya yaa jadi biasa aja. Dan teori ini didukung oleh beberapa orang sukses di Jerman yang menyatakan demikian juga. Yap, dunia ini memang sifatnya sementara. Setiap kondisi ada masanya. Kalau kata lirik nasyid mah namanya dunia bagi manusia ialah bak air laut, diminum akan menambah haus. Buku ini cukup menyadarkan ketika diri mulai mabok ‘air laut’ tersebut. MashaaAllaah.
Zero Waste Home by Bea Johnson