Culinary Europe Traveling

Benelux Backpacking One Day Trips (Part 1 – Belgium)

25. October 2018

Semua bermula dari rencana family bonding di hari ulang tahun Bilal yang pertama, bukan untuk merayakan ulang tahun sama sekali, melainkan sebagai bentuk syukur dan apresiasi diri telah melewati tahun pertama sebagai orangtua. Since we believe that a birthday is a reminder there was a big day when the mother’s life changed, in all it means. So, Bilal’s birthday is not a day that he celebrates every years later on. Instead, that day belongs to me, his mother 😉 . Dan saya memilih untuk traveling keluar negeri bertiga saja untuk pertama kalinya, karena sebelumnya kami safar keluar negeri untuk silaturahim.

Lalu, mengapa Benelux? Tadinya tidak terpikirkan untuk keliling Benelux sama sekali. Kami mendapatkan tiket promo ke Venice, Italy, untuk tiga hari. Namun kami cancel karena suami sedang sangat sibuk dan tak yakin bisa meninggalkan pekerjaan dengan tenang. Tapi, sehari sebelum harinya, beliau pesan tiket kereta ke Amsterdam, meski dengan harga tergolong mahal. Padahal kami bisa dapat hingga separuh harga atau bahkan lebih murah lagi, jika memesan jauh hari. Berulah di perjalanan ke Belanda itu, saya menemukan Benelux sebagai istilah yang baru saya dengar. Menurut penjelasan Wikipedia, Benelux merupakan nama uni ekonomi di tiga negara monarki; Belgia, Belanda, dan Luxembourg. Ya, nama Benelux diambil dari awalan nama tiap negara. Didirikan pada awal 1944, Benelux bisa dikatakan sebagai pelopor Uni Eropa. Kemudian muncul do’a agar perjalanan Benelux ini menjadi pelopor perjalanan kami keliling Eropa, atau bahkan keliling dunia.

Kami selalu pilih perjalanan untuk Benelux ini di hari sabtu, pulang-pergi di hari yang sama, tanpa menginap. Kenapa? Karena Benelux tak begitu jauh dari Dortmund, bisa dilalui beberapa jam saja menggunakan kereta cepat antar negara yang cukup nyaman. Kami bisa bawa stroller bayi kami yang sebenarnya tidak travel friendly. Seperti yang tertera di judul, kami hanya membawa backpack / ransel masing-masing. Tak  perlu ambil jatah libur suami, dan suami masih bisa istirahat di hari minggunya sebelum kembali bekerja pada hari senin. So, isn’t it a win win solution? ^^

BE for BELGIUM

Brüssels, 15 September 2018.

Sehari setelah perjalanan ke Belanda, saya iseng cek tiket untuk ke Brüssels. Biidznillah nemu yang murah, pake kereta cepat Thalys, tanpa transit lagi, bertiga cuma kena 75€ atau sekitar 1,3juta rupiah bila mengikuti kurs sekarang. Penuh semangat saya kasih liat suami, gak begitu berharap bakal di-acc suami. Ternyata, begitu liat, beliau langsung pesan tikatnya tanpa pikir panjang. Saya pun lumayan surprised, alhamdulillah.

Di perjalanan ke Brüssels, Bilal tidur hanya sebentar saja. Sisanya bermain di foldable table kereta seperti ini. 

Bilal senang bermain dengan anak lainnya.

Keretanya sempat lewat Stasiun Köln, dan Köln Dom terlihat sangat jelas. Kemegahannya bikin saya merinding, walaupun baru dilihat dari jarak jauh. Semoga ada rizki suatu hari nanti Nabilal jelajah kota Köln ini juga yaa, aamiin.

Ini adalah perdana kami menggunakan Thalys, kereta berkecepatan tinngi dari/ke Brüssels dan Paris. Kebetulan Dortmund masuk salah satu rute destinasi terujung, terawal ataupun terakhir. Kami ambil jadwal sepagi mungkin, berangkat sebelum subuh dari rumah. Kereta Thalys ini sebenarnya cukup nyaman, hanya saja karena stroller bayi harus ditaruh bagasi, jadilah Bilal harus duduk bersama kami. Hal ini membuat Bilal tidur cuma sebentar di awal perjalanan, sisanya yaa eksplorasi. Terlebih di perjalanan pulang kami bertemu dengan keluarga yang berbahasa Rusia, anaknya yang berusia sekitar tujuh tahun bercanda terus sama Bilal mashaaAllaah. Ekspektasi lama perjalanan sekitar lima jam, terasa lama dan melelahkan karena bayi gak tidur. Lalu, saat menuju Brüssels, meski kereta berangkat tepat waktu dari Dortmund, qadarullah masinis harus menggunakan jalur yang lebih jauh sedikit karena sedang ada perbaikan di jalur biasa. Sehingga, kami pun tiba di Brüssels sejam lebih siang dari yang direncanakan.

One Day Ticket mengelilingi Brüssels.

Begitu tiba di stasiun Gare du Midi, kami langsung membeli One Day Ticket seharga 7,5€ (sekitar 130rb rupiah bila mengikuti kurs saat ini) untuk transportasi keliling kota seharian. Berdua jadi 15€, Bilal bebas tiket. Menurut kami ini terbilang murah, melihat sarana transportasi publik disana yang cukup nyaman. Sistem transportasi disini sangat jelas dan mudah dipahami, atau kita bisa ikuti saja petunjuk dari google maps. Hanya saja, saya mendapatkan pengalaman menarik mengenai trem kota Brüssels ini. Yakni, apabila masinis sudah menutup pintu kereta untuk bersiap pergi meninggalkan stasiun, maka jang pernah coba untuk memaksa masuk karena kalian akan beresiko terjepit pintu kereta yang tak kenal ampun. Ini saya sempat alami sendiri di Brüssels, kami telat sepersekian detik, namun karena bawa stroller bayi, jadi lumayan menghambat gerak. Saya pun berinisiatif untuk menaruh pergelangan tangan saya, yang saat itu tengah menggenggam ponsel, mengira bahwa dengan begitu pintu kereta akan terbuka kembali dan membiarkan kami untuk masuk seperti sistem trem di Dortmund. Tapi ternyata dugaan saya salah, pintu kereta menghimpit cukup lama, hingga saya pun merasakan sakit. Barulah pintu terbuka dan kami masuk kereta dengan MALU, ditambah Pak Masinis yang mengecek keadaan kami dengan tampang super bengis. Nyaris menangis seketika saya, bukan karena sakitnya, tapi karena malunya huhu. Alhamdulillah, masih selamat.

Destinasi pertama kami adalah Atomium, sekitar setengah jam dari stasiun Gare du Midi. Kami diturunkan di satu stasiun sebelum stasiun terdekat dengan Atomium. Boleh menunggu kereta selanjutnya, tapi kami memilih untuk berjalan kaki. Sebelum tiba di area Atomium, kami melihat ada entrance gates untuk semacam Planetarium, anak-anak yang sedang bermain hockey di lapangan, dan Mini Eropa. Berhubung tema jalan-jalan kami saat itu adalah backpacking, maka kami memilih destinasi wisata yang gratis saja haha. Lagi pula, Bilal belum begitu mengerti hal-hal seperti itu. Kalau ada rizkinya mungkin kami akan kembali lagi ketika Bilal sudah lebih besar untuk mengunjungi Mini Eropa di Brüssels inshaaAllah.

“Alhamdulillah yaa Allah, Nabilal sampai Brüssels.”

Bilal mengeksplor alam di taman tersembunyi sekitar Atomium.

Di Atomium kami hanya ngemper di tamannya, makan bekal, dan sesi foto as it’s a must! 😀 Kondisinya saat itu cukup ramai, agak kurang rapi karena banyak perintilan bekas atau bakal event. Tapi untuk destinasi wisata yang mainstream dan di akhir pekan, alhamdulillah masih terhitung lumayan sepi lah. Kami tidak mengambil tur dalam Atomium karena sekali lagi, kami cari yang gratis haha. Di sekitar Atomium pun banyak area buat dieksplor kok. Eh iya, saya beli tempelan kulkas disini seharga 7€, mahal! Jangan mau beli di Atomium, di sekitar Grand Palace lebih banyak variasi dan bisa dapat lebih murah pula. Saya terpaksa beli karena khawatir tidak menemukan toko souvenir lagi. Sedangkan saya mengoleksi tempelan kulkas dari setiap kota atau negara yang kami kunjungi.

Tak berlama di Atomium, kami bergegas mencari Masjid untuk menunaikan shalat dzuhur dan ashar sekalian dijamak. Inilah salah satu hikmah traveling yang saya suka, bisa melaksanakan sunah safar yang salah satunya adalah menggabung waktu shalat dan meringkas jumlah rakaatnya. Kurang lebih setengah jam lagi dari Atomium menuju Masjid Agung Brüssels, menggunakan trem, tapi juga jalan kaki lumayan jauh. Di trem suami sempat bilang kalau beliau kurang suka kalau kami traveling yang lama di moda transportasi seperti ini, beliau lebih suka berjalan kaki dan eksplorasi. Jadi biar jalan kaki lumayan jauh, kami justru sangat menikmatinya. Memang sih, jarak dari beberapa spots turistik di Brüssels seperti Atomium dan Masjid Raya ini saja butuh waktu masing-masing setengah jam untuk mencapainya. Bahkan suami rela tidak mengunjungi Jean Claude van Damme Statue karena persoalan lama di jalan ini. Ya walaupun sebenarnya di tiap titik terdapat lebih dari satu destinasi, tetap harus bijak menyusun itinerary mengingat waktu kami di Brüssels terbatas.

Markas Pusat Uni Eropa.

Hayo, kaya yang di New York gak sih? Haha.

Masjid Agung Brüssels terletak di kawasan elit European Quarter, yang merupakan kawasan markas pusat Uni Eropa. Tak heran sepanjang jalan dari stasiun ke masjid, kami melalui beberapa bangunan-bangunan megah nan modern. Saya sempat bergumam, “Wah, kaya di New York yaa Mas!”. Gaya banget, sok tahu, padahal belum pernah ke Ameriki sama sekali haha. Masjid ini adalah Masjid tertua di kota, yang tadinya adalah sebuah museum. Masjidnya luas, terlihat sudah berumur memang, namun terjaga kebersihannya mashaaAllah. Ketika kami datang, ada beberapa pemuda yang sedang duduk-duduk di ruang depan Masjid, mereka siap membantu menunjukkan arah dengan ramah. Setelah shalat, saya menyusui Bilal untuk mengosongkan PD dan memberinya smoothie untuk cemilan. Kami diberi akses ke ruang kelas di Masjid untuk mengganti diapernya Bilal. Nah, setelah selesai, kami melipir sebentar ke taman bermain yang cukup besar persis di sebelah Masjid. Bersih, rata-rata playground di Eropa memang terawat dan sangat diperhatikan pemerintah sepertinya. Banyak anak-anak yang sedang bermain bersama orangtua dan teman-teman mereka, Bilal pun senang untuk ikut bermain disana.

Shaf untuk muslim.

Shaf untuk muslimah.

Diberi akses ruang belajar untuk ganti diaper.

Setelah dari Masjid (dan playground), kami mampir ke Carrefour Express untuk jajan sedikit. Sudah masuk jam makan siang, kami pun mencari kentang goreng khas Belgia. Eh di jalan, kembali ke kawasan elit yang kami lewati sebelumnya, kami menemukan  Parc du Cinquantenaire yang merupakan taman terkenal di Brüssels. Ternyata letaknya berdampingan dengan Masjid Agung Brüssels tadi. Sebenarnya taman ini sama sekali tak masuk itinerary kami, tapi qadarullah Allah bimbing langkah kaki kami untuk sampai kesana mashaaAllah. Seandainya punya waktu lebih banyak di Brüssels, kami akan bersantai dengan piknik di taman yang indah ini.

Look! How happy he is in playground. MashaaAllah.

Bilal excited minta naik kura-kura ini.

Jajan di Carrefour Express, bukan endorse yaa beib haha.

Hari sudah semakin sore, kami pun bergegas ke pusat kota lagi, mendekati stasiun Gare du Midi lagi untuk bersiap pulang. Kami mengincar Belgium Waffle dan Holland Frites di perjalanan singkat ke Belgia ini. Setelah menempuh another half an hour dari kawasan elit European Quarter tadi, kami tiba di area Grand Palace. Ini adalah pusatnya destinasi turistik yang mainstream di Brüssels. Dengan hanya berjalan kaki, kita dapat mengunjungi Mannekin Piss Statue, Grand Palace, Mural Tintin, dan jajan-jajan cantik karena banyak toko-toko menghiasi tiap sudutnya. Kalau kalian punya waktu super singkat, sepertinya jalan-jajan di daerah ini saja sudah cukup mewakili itinerary jelajah Brüssels, banyak hal-hal yang Brüssels banget bisa kita lihat disini. Ditambah stasiun yang berjarak sekitar sepuluh menit dengan hanya berjalan kaki.

Jepretan istri pakai Iphone 7.

Jepretan suami pakai Huawei P20 Pro.

Kata Abanya Bilal, biar Bilal nanti lihat sendiri kalau dia hobi bobo tiap diajak jalan haha.

Pas banget mau ke Grand Palace, di jalan dari stasiun kami berpapasan dengan mini karnaval iring-iringan gitu. Beberapa pria berskostum bermain musik, berdansa, sambil sesekali membagikan jeruk. Entah dalam rangka apa, tapi ini cukup menghambat jalan kami. Kami pun mencoba mencari jalan alternatif dengan memasuki salah satu bangunan pusat perbelanjaan, dan surprisingly kami keluar di gang kecil yang super adventourous. Seperti hidden gem yang biasa kami lihat di film-film barat. This is what we love! Get lost and find something wonderful, even just as simple as the hidden street like we’ve been at in Brüssels. MashaaAllah.

Mini show di pusat kota.

Candid by suamik.

Ini hasil jepretannya saya.

Kami sempat mampir ke toko souvenir di daerah Grand Palace ini. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, tempelan kulkas disini lebih bervariasi, gemes-gemes, harganya jauh lebih murah (saya beli dua magnet yang dibandrol 3€-an satunya), dan kebetulan pemilik toko yang kami kunjungi adalah muslim juga. Beliau memberi salam, dan melayani dengan ramah. Indahnya ukhuwah, dimana saja asal masih di bumi Allah, selalu merasa di rumah tiap bertemu saudara seiman lainnya. MashaaAllah. 

Varian magnet berwarna-warni di area Grand Palace.

Here is it, The Grand Palace.

Kami mencari waffle, tanpa lebih dulu research kedai waffle mana yang terbaik. Kami hanya berjalan, mengikuti langkah kaki. Dua-tiga kedai waffle kami temui dan nampaknya tidak menarik. Begitu sudah hampir di ujung jalan, barulah kami menemukan kedai waffle yang menarik perhatian kami. Menurut bisik yang terdengar dari turis lain, ini adalah kedai waffle terbaik di Brüssels. Sayang, antreannya mengular sangat panjang. Sedang kami harus bergegas. Maka, kami memutuskan untuk membeli waffle di kedai waffle yang selanjutnya kami temukan. Sama mengantre, namun tak sepanjang antrean kedai waffle sebelumnya. Nama kedainya Waffle Factory. Mereka menyediakan 100% homemade waffle yang seluruh bahannya, bahkan adonannya dibuat se-fresh mungkin. Sekeping Brüssels waffle dihargai 3€ dengan aneka pilihan topping berkisar 1€/2€ per varian topping. Enak, cuma tidak mengenyangkan. Tak apalah, demi pengalaman makan Belgium waffle langsung dari tempat asalnya kan kapan lagi? Lokasinya persis berseberangan dengan mural Tintin, jadi kami menikmati waffle hangat yang lezat sambil memandangi mural Tintin, dan tentunya busy streets yang terkesan Brüssels banget.

Waffle Factory.

Enjoy the Brüssels waffle.

One more picture of the beauty of Brüssels waffle.

Target selanjutnya adalah Frites, alias kentang goreng. Saya sempat research singkat, dan hasilnya saya menemukan kedai Frites yang paling direkomendasikan banyak orang di internet, berada tak jauh dari mural Tintin. Yakni, kedai Mannekin Piss Frites. Saya melihat plangnya memang tak jauh dari kedai waffle. Namun begitu dihampiri, ternyata bukanlah kedai kentang goreng yang kami dapati, melainkan bar and resto. Dan, surprisingly lagi, kemi justru menemukan Mannekin Piss Statue di seberang bar tersebut. Sebenarnya saya tak masukkan Mannekin Piss Statue ini dalam itinerary kami, namun sekali lagi qadarullah Allah membawa langkah kaki kami kesana mashaaAllah. Patung anak kecil yang sedang buang air kecil, buat saya sih kurang menarik. Tapi cukup menarik ternyata historical story patung tersebut yang saya dengar dari video blognya pasangan penggemar sepak bola, Darius Sinathrya dan Donna Agnesia. Diceritakan bahwa asal mula patung ini adalah ketika suatu hari ada seorang anak kecil yang tersesat, keliling kota dan kebetulan ia menemukan sumbu yang menyala saat ia kebelet. Jadilah ia dengan polosnya buang air kecil sembarangan di sumbu api yang menyala tersebut, sehingga apinya padam. Ternyata oh ternyata, sumbu yang menyala tersebut adalah sumbu yang dipasang oleh musuhnya Belgia pada masa itu untuk meledakkan seluruh kota. Maka, dibikinlah patungnya si anak kecil tadi sebagai bentuk menghargai jasanya yang tak sengaja menjadi pahlawan kota.

The Mannekin Piss Statue. 

Kemudian, kami sambil setengah berlari, mengikuti petunjuk arah dari google maps untuk mencapai Mannekin Piss Frites, yang ternyata bukan Mannekin Piss Frites yang kami maksud. Tapi, alhamdulillah, kedai Mannekin Frites ini mengantongi label halal. Kentang goreng dengan label halal? Baiiik XD . Frites ternyata potongannya besar, dan terbaik dinikmati saat masih hangat. Seingat suami harganya sekitar 5€, kami ambil yang ukuran medium. Berhubung kami dikejar waktu, Frites kami pun masih sangat panas, maka kami berlari kecil ke stasiun Gare du Midi. Ini nih, satu hal lagi yang jadi pelajaran, teliti cek waktu keberangkatan kereta. Suami sempat missed, sehingga berakhir kami harus berlari mengejar kereta. Subhanallah, seru sih tapinya haha.

Basically, ini cuma kentang goreng yang potongannya besar dan diberi topping mayo aja. Tapi enak banget! Apalagi dimakan pas lagi laper-lapernya, lumayanlah buat ganjel perut.

Alhamdulillah, seharian penuh menjelajah Brüssels. Another bucketlist is checked! ^^. Sampai di Dortmund sudah tengah malam, kami menyempatkan beli makan malam di stasiun untuk dimakan di rumah. Lalu kami tidur dengan nyenyak karena kelelahan. So, kesan kami untuk perjalan kali ini adalah bersyukur. Kenapa? Karena trip ini memberikan banyak pelajaran dan pengalaman baru yang sangat berharga, kami dapat mengunjungi beberapa tempat-tempat menarik di luar itinerary yang kami buat, dan perjalanan ini terasa lebih rileks alias gak seriweuh dan grasak-grusuk dikejar waktu seperti trip sebelumnya ke Belanda. Mungkin karena belajar dari pengalaman juga kali ya? Hehe. Ohiya, di Brüssels ini, terutama di stasiun atau tremnya, kami bertemu dengan orang-orang asing yang sepertinya bukan orang Belgia asli. Entah itu turis atau penduduk asli. MashaaAllah.

Indeed, we hope to visit this beautiful city again for its authentic foods lol, and visit  Jean Claude van Damme Statue as Mr Husband wishes for. Hopefully we will get the chance to visit other cities around as well, inshaaAllah.

Last but not least, sebelum mengakhiri artikel ini, saya ingin mengingatkan kita semua, terlebih saya sendiri, untuk tidak lupa memulai sesuatu dengan asma Allah sehingga apapun akan dinilai ibadah inshaaAllah. Traveling bukan untuk senang-senang atau foya-foya ajang pamer semata, tapi juga bisa mengambil keutamaan safar yang diantaranya; perbanyak berdzikir dan berdoa. Karena salah satu doa yang dikabul adalah doanya seorang musafir. Jadi, saat traveling jangan cuma inget foto-foto, ingatlah juga dzikir dan doa biar perjalanan kita membawa keberkahan dan kebaikan, semoga Allah ridha dan senang, lalu Allah kasih kesempatan untuk traveling lagi dan lagi deh. Aamiin.

Sudah dulu yaa. Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya!

Salam,

Nabilal.

Europe Traveling

Babymoon in Keukenhof

27. September 2018

Never dreamed, or even just thought to travel abroad before. Also, I did never ask my husband to travel far, and didn’t think to request for kind of “babymoon” (eventhough it’s just a short) trip at all. We must really thank our Mama for making this happen. And this trip is my very first abroad experience that leads me to starve for more adventure from exploring the world with my beloved ones! 

Sebelum pindah ke Jerman, saat masih masanya LDR, sempat iseng ngobrolin Keukenhof sama Mama mertua. Padahal asli deh cuma basa-basi aja, eh diseriusin. Jadilah hari itu sampai kesana, anggap aja ‘babymoon’ yang gak disengaja hehe. Alhamdulillah.

Mungkin ada yang belum tau, apa sih Keukenhof itu? Keukenhof adalah taman bunga yg sangat luas dan indah terletak di kota Lisse – Belanda, yang terkenal dengan hamparan variasi bunga, terutama Tulip sebagai bunga khas negara kincir angin tersebut. Meskipun menurut sejarah, bunga Tulip tersebut asalnya dari negara Turki.

Sepanjang tahun, Keukenhof hanya buka sekitar dua bulan di musim semi, sekitar Maret sampai Mei. Misal untuk tahun 2018 ini Keukenhof dibuka dari tanggal 23 Maret hingga 23 Mei. Menurut rekomendasi banyak orang, akhir April ialah waktu terbaik berkunjung ke Keukenhof, mengingat saat itu cuaca diperkirakan akan cukup bersahabat dan bunga sedang bermekaran.

Tadinya agak khawatir ya, karena saya bukan tipe orang yg penjelajah banget, maksudnya lebih senang diam di rumah gitu, apalagi ini harus jalan kaki di taman yg lwegaaa bener, mana isinya bunga-bunga doang. Fyi, selama ini suami pun belum pernah kasih bunga karena ngerti istrinya gak tertarik. Eh ini malah dibawa ke taman bunga. Tapi ternyata, alhamdulillah ala kulli hal, gak boring seperti yang dibayangkan loh! ^^

Kami bawa strawberry dari rumah untuk cemilan di perjalanan. Walaupun ternyata busnya juga menawarkan snacks, teh atau kopi, yang tentunya harus bayar ekstra lagi.

Perjalanan Dortmund-Keukenhof memakan waktu kurang lebih tiga jam. Kami memilih bus dari salah satu agen travel sebagai transportasinya karena gak mau kalau harus ada yang lelah menyetir mobil pulang-pergi. Mama mertua dan saya memilih hari itu (Sabtu, 22 April 2017) biar suami gak perlu cuti, wong liburannya cuma sehari kok. Jadi, boleh dibilang weekend short get away gitu juga gak sih? hihi.

Nyemil saat bus berhenti sebentar di rest area.

Lumayan excited sih lantaran ini adalah kali pertama saya liburan ke luar negeri, sama suami,  Mama mertua dan suaminya ikut juga. Kalau ke Jerman kan bukan liburan yaa, tapi memang pindah. Saya pun tercengang dengan keindahan pemandangan yang menghiasi perjalan kami. MashaaAllaah.

Kuda-kuda yang dibiarkan lepas di alam. Pemandangan yang menyegarkan pandangan, bukan? MashaaAllaah.

Sapi-sapi juga bebas berkeliaran di padang rumput.

Kami tiba di Keukénhof sekitar pukul 11 siang waktu sana. Di sekitar pintu masuk pun sudah ada beberapa hamparan bunga Tulip seakan menyambut para pengunjung. Ada booth penyewaan sepeda dan kursi roda pula, khusus kursi roda harus dipesan melalui website beberapa hari sebelumnya. Wah, kayanya seru sih bersepeda keliling taman ini, tapi sayang, saat itu cuaca kurang mendukung dan taman sedang ramai pengunjung. Mungkin bisa dicoba di lain kesempatan. Anyway, jangan lupa berfoto di depan papan nama Keukénhof yaa!  ^^

Mama mertua dan suami.

Masuknya pun mudah, alhamdulillah waktu itu gak begitu antre. Cukup menunjukkan barcode yang sudah kita print di rumah, kita juga bisa keluar-masuk taman seharian selama barcode tersebut di tangan. Oiya, harga tiketnya sekitar 16€ untuk orang dewasa, ada harga spesial untuk yg datang bersama rombongan loh. 😉

Di depan pintu masuk, ada booth yang membagikan free maps, dan gak jauh dari booth tersebut ada hamparan bunga Tulip warna senada seperti yang ada di cover mapnya.

Perpaduan warnanya cantik yaa? MashaaAllaah.

Ada beberapa kandang terbuka untuk sejumlah binatang seperti kelinci, unggas, dan babi.

Saat kami datang kondisi taman sedang sangat ramai pengunjung, akibatnya antre toilet dan cafe pun jadi super lwamaaa. Buat antisipasi antre di cafe, sekaligus bisa menghemat, sebaiknya bawa bekal dari rumah dan makan sambil piknik di rumput-rumput taman. Memang boleh? Boleh, dan banyak kok yang begitu. 🙂

A literally candid picture of me taken by Mr Husband.

Gak cuma cafe, disana juga ada beberapa booth jajanan. Dari jajanan khasnya, waffle (tersedia versi Belanda dan Belgia), popcorn, permen kapas, dll. Saya dan suami pilih jajan troopswaffle alias wafelnya Belanda. 

Enjoying troopswaffle in front of wind mill in the largest Tulips park, how could we feel more Dutch? XD

Ah, intinya menyenangkan sekali berkeliling taman yang MashaaAlllah sangat indah ini, bahkan untuk saya yang pada dasarnya tidak begitu tertarik pada bunga. Keasikan jepret sana-sini, sampai lupa kalau hari sudah semakin sore dan kami harus segera pulang. Eiiits, tapi sebelum pulang, jangan lupa beli souvenir. Bicara soal souvenir, di taman ini tersedia toko souvenir di beberapa titik. Karena sudah last minutes, kami belanja di toko souvenir sebelah pintu utama. Banyak banget pilihannya, tapi kami hanya beli beberapa magnet kulkas karena harga-harganya relatif mahal. Tiga buah magnet kulkas aja dibandrol 10€. Berarti satunya sekitar Rp 50.000 🙁 Alhamdulillah, perjalanan pulang lancar dan kami sampai rumah pukul 10 malam.

Sebelum melakukan perjalanan ini, saya sempat sangat kepikiran. Saya bukan tidak begitu suka jalan-jalan, terlebih yang literally jalan kaki, di taman pula. Tapi itu semua berubah total sepulang dari Keukénhof kemarin, saya jadi jatuh hati dan ketagihan pada traveling. Bukan, bukan karena destinasinya, melainkan karena saya sadar bahwa dengan traveling kita bisa membangun memori indah bersama orang tersayang. So now, I wonder, where will we travel next? ^^

Culinary Indonesia Traveling

Our Honeymoon in Bali (Part 2)

25. September 2018

Pada bagian ini, kita akan bahas mengenai foods experience kami selama di Bali. Karena kami memilih untuk lebih banyak tinggal di villa, maka selain makanan yang disajikan pihak villa, kami mencari jajanan di sekitar villa saja. Kebetulan villanya sendiri cukup strategis di kawasan Seminyak, tak jauh dari jalan raya yang penuh dengan beragam tempat makan. Lebih lengkap mengenai Villa tempat kami menginap ada di artikel sebelum ini, bagian pertama dari artikel lanjutan ini. Dan berikut adalah beberapa yang sempat kami cicipi;

Breakfast

Setiap malam, akan ada telpon dari front desk menanyakan menu apa yang kami inginkan untuk sarapan besok. Ada beberapa pilihan memang. Seingat saya, kami hanya mencoba dua menu; western menu yang berisi sosis goreng, kentang goreng dan sandwiches, dan menu kesukaan suami seperti yang terlihat di gambar. Kenapa suami saya suka menu ini? Sederhana sebenarnya, hanya karena “Omrice” yang tak hanya cantik, tapi juga lezat. Nasi goreng yang diselumiti telur dadar, sebuah ide yang menarik perhatian suami. Mereka juga menyediakan beberapa pilihan buah untuk jusnya, semangka jadi favorite kami. Seperti biasa, teh atau kopi, dan potongan buah pun ikut melengkapi sarapan kami.

Afternoon Snacks

Kalau kami sedang di villa, tak kemana-mana saat sore, pihak villa akan menawarkan afternoon snacks; teh atau kopi, dan cemilan seperti beberapa potong blackforest cake yang terlihat dari hasil jepretan suami di atas. Saya pilih es teh seperti biasa, dan teh panas untuk suami.

(Candle Light) Dinner

Makan malam di pesisir Pantai Jimbaran termasuk dalam paket bulanmadu kami, tapi kami tidak suka keramaian, apalagi di malam hari. Kami memilih untuk tinggal di villa saja, lebih baik berenang atau menonton film di kamar. Namun pihak villa berbaik hati menawarkan candle light dinner di Villa sebagai penggantinya. Tentu kami tak menolak. Seumur hidup saya pikir kalau makan malam ditemani nyala lilin adalah sesuatu yang romantis nan mewah, tak pernah terbayangkan bahwa saya akan mendapatkannya. Namun ternyata saya salah, bukan terang lilin dan kemewahan yang membuatnya romantis, melainkan teman makan yang menjadikannya kenangan manis tak terlupakan.

Makan malam tidak termasuk dalam paket yang kami ambil, maka kami memesan makanan dari resto villa. Waktu itu jasa antar makan (baca: gofud) belum setenar sekarang, lagipula saya merasa kurang sopan rasanya kalau harus pesan makan di luar untuk diantar ke kamar. 

Inilah beberapa menu dinner kami pada suatu malam di Bali. Nasi hangat, salad sayur, salad buah, cah kangkung, ikan goreng , sambal dan sate lilit. Akhirnya nyobain sate lilit khas Bali, langsung di Bali. Menurut kami rasa dari keseluruhan makanan dari resto villa so-so, not bad. Alhamdulillah.

The Halal Boys

Jl. Petitenget no 18, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung Bali 80316

Kami memilih untuk berjalan kaki untuk sampai ke kedai The Halal Boys yang jaraknya tak jauh dari villa tempat kami menginap. Posisinya pun strategis di pinggir jalan, sehingga mudah untuk menemukannya. Kami juga dengan mudahnya mendapatkan taksi ketika pesanan sudah siap dibawa pulang tapi hujan tiba-tiba turun.

Banyak orang mengira bahwa The Halal Boys ini adalah salah satu cabang dari The Halal Guys di New York sana. Meski mereka sama-sama menyediakan hidangan cepat saji ala timur tengah dengan nasi bertabur potongan daging ayam atau domba, mereka tetaplah dua brands yang berbeda. 

Menurut suami ini terbilang cukup murah untuk porsi yang lumayan. Kami ambil seporsi lamb dan seporsi half half (ayam dan domba). Mirip Döner Box sih, bedanya Döner Box pakai kentang goreng, kalau ini pakai nasi. Kami suka banget! Ludes dalam sekejap. Entah lapar atau emang doyan hehe.

Gardin Bistro & Patisserie Bali

Jalan Petitenget No.106, Seminyak, Kabupaten Badung, Bali 80361

Sore itu kami iseng berjalan kaki di sekitar villa, mencari santapan untuk mengganjal perut. Setelah browsing , ketemulah bistro cantik ini. Saat tiba di lokasi, kami sempat ragu, karena tempatnya terpencil di dalam gitu. Namun kami tetap mencoba mencari jalannya, dan ketemu. Gardin Bistro ini sebenarnya terletak cukup strategis di pinggir jalan besar, tapi untuk masuk ke dalam kita harus sedikit menelisik jalan kecil yang cantik. Begitu masuk, semacam menemukan harta karun, kami cukup terkejut karena asli cantik banget. Bayangkan, setiap sudutnya instagram-able.

Disclaimer: Gardin Bistro ini memang bukanlah restoran berlabel halal karena mereka pun masih menyediakan dan menggunakan wine dalam beberapa menu sajian mereka. Tapi jangan khawatir, pramusaji disini ramah semua dan mereka bersedia dengan senang hati menjelaskan menu mana saja yang sekiranya aman untuk muslim. 

Kami memesan dua macam cocktail, salad dengan udang, burger untuk saya, dan nasi bakar bebek untuk suami. Burgernya menurut saya sih standard, nah pas saya cicip bebek dan sambal-sambalnya, saya jadi menyesal tidak memesan menu yang sama dengan suami. Kalau kata Pak Bondan, Maknyus

Salad dengan udang, rasanya nendang.

Begitu mengesankan, malam berikutnya suami mengajak untuk coba dinner di Gardin Bistro. Menurutnya, sangat sulit menemukan cita rasa yang mewah dengan harga relatif murah seperti ini di negaranya, tentu jika dibanding dengan resto di Jerman. Maka kami pun menyudahi bulanmadu kami dengan candle light dinner ala-ala di Gardin Bistro ini.

Berbeda dengan suasana siang yang lebih cheerful, suasana malam disini memang terbilang lebih syahdu. Masing-masing dari kami memesan cocktail yang sama seperti yang sebelumnya kami minum. Saya pesan menu yang dipesan suami sebelumnya, nasi bakar bebek dengan aneka sambal yang mantap betul. Ada sambal matah khas Bali, sambal cabe ijo khas Padang, dan sambal tomat yang gak kalah lezat. Oiya, suami kali ini coba pesan rawon iga. Rempahnya hangat terasa, tapi untuk suami yang tidak suka pedas, ini masih bisa dinikmatinya. Ditambah saya inginmencoba Escargot Bourguingon. Suami tidak makan karena katanya tidak suka, setelah saya coba ternyata not bad buat saya. Meski masih enak tutut sih hehe.

Saya akui memang terbilang mahal, tapi sebenarnya relatif murah jika dibandingkan harga menu seperti ini di Jerman.
Rasa dan suasananya pun luar biasa. Jadi inshaaAllah worth every penny.

Sour Sally Bali

Jalan Legian Kelod 350, Petiga Marga, Kuta 80361

Sour Sally adalah sebuah outlet yogurt beku revolusioner pertama di Indonesia. Mereka sudah punya cabang di berbagai kota di Indonesia, salah satunya ada di Jakarta. Saya belum pernah coba sebelumnya, jadi begitu sudah jauh sampai di Bali, meski siang itu sedang hujan, saya tetap usahakan kesini. Ternyata saya suka, bahkan frozen yoghurt jadi salah satu jajanan kesukaan saya di Dortmund. Nah di Sour Sally ini yang jadi iconic adalah frozen yoghurt versi hitam yang diklaim mengandung charcoal yang baik untuk antioxidant .  Ada begitu banyak pilihan topping, mulai dari potongan buah sampai ke cokelat atau permen. Tempatnya juga nyaman, menarik, colorful, dan yang baru saya sadari; sangat strategis. Posisinya di pinggir jalan, cocok untuk dijadikan tempat rehat setelah berkeliling di sekitar Legian ini.

Gusto Gelato & Caffé

Jl. Mertanadi No.46B, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361

Gelato! Cemilan yang cocok banget dengan cuaca Bali hari itu. Setelah haus, lelah, badan banjir keringat, semua terbayar dengan beberapa bola gelato ini. Tak hanya rasanya yang lezat dan menyegarkan, Gusto Gelato juga menyediakan beragam pilihan rasa yang tak biasa. Bahkan beberapa ada yang tak disangka dapat dibuat dessert semaknyus ini. Contohnya Kemangi, pernahkah anda membayangkan daun kemangi dijadikan rasa sebuah gelato? Menarik dicoba bukan? Tapi kami tak mau ambil resiko, jadi kami tak coba yang rasa Kemangi haha. Ketagihan, suami bahkan order lagi untuk take away.

Sebagian pilihan rasa gelato yang tersedia.

Cafe Organic Bali

Jalan Petitenget No.99 X, Kerobokan Kelod,  Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361

Beberapa kali jalan-jalan sekitar penginapan, kami menemukan Cafe Organic dan kami tertarik. Namun sayang, kami selalu mendapatinya dalam keadaan akan atau bahkan sudah tutup. Akhirnya di suatu hari, setelah berjalan kaki dari Dream Museum Bali, lanjut ke Gusto Gelato, kami pun menyempatkan mampir ke Cafe Organic ini.

Mereka menawarkan menu makanan vegetarian yang tak hanya sehat, namun juga terjamin kesagarannya karena mereka menggunakan produk pertanian lokal. It’s always good to support local products, or? Meskipun hidangannya sederhana, terbilang sehat, mereka tidak meninggalkan cita rasa. Enak banget, serius. Suasana cafenya juga asik, pantas saja cafe ini ramai. Mayoritas customers yang datang adalah turis, yap bule sejauh mata memandang. Saya sudah sangat kelelahan, kurang berselera makan, jadi saya memilih untuk take away saja. And surprisingly, orderan saya masih fresh walau saya santap beberapa jam kemudian.

Segelas infused watersmoothie, dan Vegetarian Burger milik suami.

Yak, sekian cuplikan dari bulanmadu kami. Semoga Allah kasih rizki untuk kembali jalan-jajan di Bali lagi bersama anak-anak dan keluarga, terutama untuk menikmati kuliner Bali lainnya belum sempat kami cicipi. Nasi Pedas Ibu Andika dan menjajal kesegaran seafoods pinggir pantai misalnya. Sampai jumpa di perjalanan lainnya. 🙂

Indonesia Traveling

Our Honeymoon in Bali (Part 1)

15. September 2018

Setelah penantian (dan LDR Jerman-Indonesia) selama setengah tahun, akhirnya visa saya dikabulkan pada September 2016. Alhamdulillah, pak suami bisa langsung jemput saya di (penghujung) bulan yang sama. Kami pun memutuskan untuk liburan (baca: bulan madu) dulu di Indonesia sebelum saya diboyong pindah ke Jerman.

Karena sangat mendadak, diambil lah Bali, si destinasi mainstream untuk honeymoon. Tadinya mau ke Lombok, mendaki Gunung Rinjani. Tapi pak suami ragu, khawatir dengan kondisi fisik istrinya yang belum terlatih. Jadi yaa mungkin next time setelah saya rajin olah raga. 

Kami dapat flight ke Bali tepat sehari di hari kedatangan pak suami di Cengkareng. Pak suami tiba pukul satu dini hari, dan penerbangan ke Bali terjadwal pada pukul 11 siangnya. Jadi, kami menginap di hotel dekat bandara dulu deh. Hotelnya nyaman, kamarnya luas dan bersih, pelayanannya ramah, sarapannya juga beragam dan enak. 

1 Oktober 2016, atau bertepatan dengan 1 Muharram 1438H.

Kami diantar pihak hotel ke bandara setelah sarapan, sebelum dzuhur. Kami menggunakan pesawat GarudaIndonesia yg mana punya terminal khusus di Bandara Soekarno-Hatta, yakni Terminal 3 (yg waktu itu belum campur dengan AirAsia jalur penerbangan internasional). Terminal baru ini terlihat modern, bersih, sangat luas, pokoknya keren. Pak suami pun terpesona haha sampai berkabar ke keluarganya kalau ternyata Indonesia punya bandara kece. Bahkan beliau bilang, terminal ini mungkin one of the best terminals he has ever visited. Bangga dong saya jadinya.  ^^

Sayang, begitu kami puji keapikan terminal baru, pesawat kami delay sekitar setengah jam. Sempat kaget sih, karena GarudaIndonesia terkenal sebagai top airlineskok masih bisa telat? Tapi, pihak maskapai memberi kami cemilan sebagai bentuk kompensasi keterlambatannya. Yaa, kami pun sebenernya happy-happy aja karena excited liburan berdua, masih malu-malu, namanya juga pengantin baru. 😛

Akibat cuaca yang kurang mendukung, parkir pesawat di Bandara Ngurah Rai penuh, kami pun dibawa berputar-putar di udara. Sempat terlihat pulau Nusa Tenggara dari atas. Setelah kurang lebih sejam, pesawat kami pun mendarat di pulau dewata. Pihak villa tempat kami menginap sudah menunggu, siap mengantar kami ke villa. Kami lupa kalau jarak villa (di Seminyak) lumayan jauh dari bandara (di Denpasar), jadi kami sampai villa ketika hari sudah gelap. 

Kami gak pake agen, jadi harus mengurus semua sendiri; tiket pesawat, tempat menginap, itineraryetc. Saya masih ingat keriweuhan kami beberapa hari sibuk mencari tempat menginap yg sesuai keinginan tapi masih on budget. Kami mencari villa, memang bukan hotel, dengan fasilitas kolam renang pribadi yang benar-benar terjaga dari pandangan luar. Kami suka dan ingin berenang di liburan kali ini dan kami tidak mau berenang di kolam renang umum karena pasti campur laki-laki dan perempuan. Alhamdulillah, kami menemukan sesuai apa yang diharapkan.

Buah Bali Villa, Seminyak, Bali.

Sejak dijemput di bandara, sampai tiba di Villa, bahkan hingga nanti kami diantar pulang lagi, kami disambut hangat oleh para staff villa yang melayani dengan sangat ramah. Villanya luas, asri, bersih, pokoknya dijamin bikin betah deh hehe

Berhubung kami pesan paket bulan madu, jadi villa kami penuh dengan taburan bunga dimana-mana. Saya sempat lihat di galerinya kalau paket honeymoon ini includes taburan bunga memenuhi kolam renang, tapi ternyata hanya lilin-lilin kecil (yang dinyalakan hanya ketika candle light dinner) yang mengelilingi kolam renang. Tetap jujur, suasananya (ro)man(t)is banget, saya suka.  I’ve never thought something gorgeous like this would happen in my life. Gak pernah kepikiran sama sekali bakal ngerasain bulanmadu, tapi Allah kasih rizki seindah ini. Alhamdulillahiladzi bini’matihi tatimmussalihaat. 

Begitu selesai bongkar koper dan heboh norak nemu villa yang cakep bener, kami berdua lapar, sedangkan restoran villa sudah tutup. Tapi alhamdulillah saya bawa mie instant dari Bogor, didukung dengan peralatan dapur villa yang lengkap. Jadilah tengah malam kami nyemil mie instant semangkok berdua sambil nonton.

Setelah subuh, kicau burung di udara Bali yang masih segar menambah syahdu pagi. Sarapan yang disediakan juga banyak, bervariasi (kita bisa pilih sebelumnya, dan menurut kami sih enak. 

Kami stay di Bali sekitar sepekan, dan merencanakan hanya sehari untuk jalan-jalan jelajah beberapa destinasi wisata di Bali, sisanya kami memilih untuk menikmati villa (baca: main air). Rate villanya sudah lumayan merogoh kantong, sekitar 200€ atau 3,5jt rupiah per malam, jadi sayang kalau gak dinikmati sepuasnya hehe. Dan kebetulan, dalam paket bulanmadu ini sudah termasuk sewa mobil dengan supir seharian bebas kemana aja. 

Sehari Explore Bali

Sebelumnya saya sudah menyiapkan itinerary sendiri, menyusun rute bagaimana bisa mengunjungi destinasi wisata sebanyak mungkin dalam waktu sehari. Setelah sarapan kami mulai perjalanan, pak supir sudah menunggu di tempat parkir. Beliau ramah dan sopan. 

Masjid Agung Ibnu Batutah, Nusa Dua

Karena suami dan saya berazam, kami harus memasukkan agenda “keliling masjid” pada setiap perjalanan traveling kami, maka destinasi pertama yang kami kunjungi adalah sebuah masjid ternama yang bertetangga dengan rumah ibadah agama lainnya seperti Gereja dan Kuil. Masjid ini berada di Nusa Dua, sejam perjalanan dari villa. Masjidnya bersih dan tenang, sayup terdengar suara anak-anak mengaji juga. Selepas shalat tahiyat masjid, kami pun menyempatkan untuk ambil beberapa gambar dari rumah-rumah ibadah di sebelahnya. Biar berbeda, tetapi tetap rukun, sungguh mencerminkanBhinneka Tunggal Ika.

Pantai Pandawa

Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata di selatan Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan dan sering disebut sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar pantai ini terdapat dua tebing yang sangat besar yang pada salah satu sisinya dipahat patung-patung Pandawa Lima dan Dewi Kunti. Keenam patung tersebut secarara berurutan (dari posisi tertinggi) diberi penejasan nama Dewi Kunti, Dharma, Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. 

Pantai Dreamland

Pantai Dreamland adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di daerah bernama Pecatu, tak jauh dari Pantai Pandawa.  Lokasi pantai ini berada dalam kompleks Bali Pecatu Graha (Kuta Golf Link Resort). Maka dari itu, kita harus masuk ke dalam semacam perumahan untuk mencapai pantai ini.

Pak Supir pun bercerita, pelataran pantai indah ini semula hanya titik kecil dari hektaran area milik PT Bali Pecatu Graha (BPG) yang sempat heboh pada tahun 1996. Lahan seluas itu diborong untuk disulap menjadi resor superluks “Resor Pecatu Indah”.

Konon resor itu akan dipadukan dengan kawasan wisata, seraya memanfaatkan keindahan dan keaslian alam, sekaligus pelestarian lingkungan hidup. Pemilik resor tersebut, Tommy Soeharto, anak mantan Presiden Soeharto, hendak membuat “lingkungan permukiman dan wisata paling unik di seluruh Asia Tenggara”. Tapi seiring Indonesia tersapu krisis moneter dan krisis kredibilitas pimpinan, megaproyek ini mulai meredup. Sedangkan para penduduk desa Pecatu yang dulunya hidup sebagai petani sangat berharap proyek selesai dan mereka bisa menekuni bisnis lain di bidang pariwisata. Karena itulah lahan disekitar pantai disebut dengan Dreamland (tanah impian).

Tebing-tebing yang menjulang tinggi, dan batu karang yang lumayan besar di sekitar pantai menambah keelokan Pantai Dreamland ini.

Masjid Agung Palapa

Di perjalanan dari Pantai Dreamland, kami menemukan sebuah Masjid cukup besar masih di dalam area perumahannya. Tak ragu kami pun mampir sebentar demi misi #KelilingMasjid atau #NabilNabilaExploreMasjids kalau di kolom caption posting pertama suami di akun instagramnya.

Di sebelah masjid, ada bangunan lain seperti kantor atau tempat pertemuan. Yang menarik adalah dekorasi di depannya yang ‘instagram-able’. 

Pantai Padang-Padang

Letak Pantai Padang-Padang masih searah dengan jalur ke Pantai Dreamland. Yang unik dari pantai ini adalah pintu masuknya. Kita akan melewati sebuah pura kecil dulu, kita bisa bertemu langsung dengan monyet-monyet yang berkeliaran bebas di pura ini. Setelah itu, dari pura tersebut terdapat anak tangga yang menurun, menuju ke area pantai. Tapi, anak tangga tersebut berada di sela-sela lorong tebing yang menyerupai gua. Lebarnyapun hanya cukup untuk satu orang, jadi harus satu per satu untuk melewati anak tangga tersebut. 

Sebenarnya cukup zonk sih, karena pagi mulai pergi ketika kami kesana, pantai pun sangat ramai dengan para turis mancanegara yang sedang berjemur (tentunya dengan pakaian serba terbuka), maupun surfing. Kebetulan juga air laut sedang pasang, ombak meninggi dan bahkan hingga menyapu pesisir pantai lumayan jauh. Jadilah sebagian besar turis memilih untuk gulung tikar dan angkat kaki. 

Pantai Kuta

Saya pribadi sudah pernah mengunjungi Pantai Kuta sebelumnya, bahkan waktu itu menginap di hotel dekat sini. Saya menyampatkan mampir lagi karena rindu suasana sekitar pantai yang khas ‘Bali banget’, terutama toko-toko kelontongnya. Tapi sayang, mungkin karena sudah banyak dikenal, sedangkan pengelolaannya tidak menyeimbangi, kami pun menemukan beberapa kesan kurang menyenangkan dari pantai ini. 

Beachwalk Mall

Sedikit berjalan kaki dari Pantai Kuta, kita bisa sampai ke Beachwalk Mall. Layaknya Mall besar di ibukota, beberapa toko-toko high end brands pun berjejeran disini. Bukan itu yang menarik, melainkan beberapa spots yang (lagi-lagi) instagram-able. 

Begitu sore, setelah mampir sebentar ke toko oleh-oleh, kami pun memutuskan pulang. Walaupun jatah sewa mobil yang 12jam sebenarnya masih tersisa 1-2jam lagi. Ya, dua masjid dan empat pantai dalam kurang dari sehari, termasuk jajan di Mall dan Sour Sally juga. Bagaimana? 🙂 Alhamdulillah, meski amat singkat  dan cukup melelahkan jelajah Bali kali ini, tapi kami cukup puas. Tipsnya adalah menyiapkan itinerary yang searah, pergi di pagi hari sehingga destinasi wisata yang dituju belum begitu ramai pengunjung dan tidak berlama-lama di suatu tempat. Semoga membantu.

Oiya, di hari lain kami sempat mengunjungi sebuah tempat wisata 
Dream Museum Zone Bali (DMZ). Kami meminta antar dari pihak villa, didrop aja, dan berjalan kaki pulangnya. Saya yang berinisiatif untuk jalan kaki, melihat jaraknya ‘hanya’ sekian menit berjalan kaki ke villa, suami setuju mengingat saya harus berlatih jalan kaki juga.

Dream Museum Zone Bali (DMZ)

Jl. Nakula No.33X, Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361

Biaya tiket masuknya Rp 100.000, dan sejujurnya menurut saya itu harga yang lumayan mahal. Saya sempat baca ternyata kalau beli tiket di agen travel justru bisa dapat harga lebih murah, bahkan hampir separuh harga saja. 

Lagi-lagi, as honest review, saya kurang menikmati disini. Beberapa (artinya tidak semua) kakak-kakak penjaga yang bisa dimintai tolong untuk ambil gambar, mereka kurang ramah, bahkan cenderung judes. Seandainya bukan karena suami yang ceria dan tetap happy dan excited untuk foto-foto dengan ekspresinya yang seolah mendalami betul, sepertinya saya akan menyesal memasukkan museum ini dalam itinerary bulanmadu kami.  Tapi ini kan sudah dua tahun lalu, semoga pelayanannya saat ini sudah lebih baik ya.

Setelah selasai berfoto di museum, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar setengah jam ke Gusto Gelato. Menerobos teriknya jalanan Bali saat itu. Tapi anehnya, justru saya sangat menikmati, Dari ngobrol, bercanda, sampai murajaah bareng sambil jalan. Bahkan, ini adalah momen paling berkesan di Bali, mengalahkan semua destinasi wisata yang kami kunjungi. MashaaAllaah.

Masih ada lanjutan post ini di bagian berikutnya yaitu tentang foods experience di Bali. Yuk, mari mampir! ^^

Dear Little Bee

The First Little Letter to The Firstborn

11. September 2018

Dear, my firstborn, Bilal.

Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh

Apa kabar, sweetheart

Surat kecil ini Ambu ketik ketika usiamu genap setahun. Setahun pertamamu adalah tahun yang paling berwarna untuk Ambu, tak lain karena kehadiranmu sayang. 

Terima kasih, sayang. Alhamdulillaah, Bilal tak pernah buat Ambu susah, sangat pengertian mashaaAllah. Mulai dari kehamilan yang dirasa mudah tanpa morning sick yang berarti,justru kamulah kekuatan untuk survive saat “badai besar” sempat terjadi di minggu-minggu akhir kamu menginap dalam rahim Ambu. Yes darling, you’re the best bestfriend of mine since the very beginning. Lalu, persalinan yang walaupun qadarullah Ambu mengalami Pasca-Eklampsia, harus menjalani operasi vagina (which is operasi pertama dalam hidup Ambu), pemulihan yang terbilang lamban juga, namun Ambu merasa bahagia. Tidak merasa direpotkan sama sekali. If I should do everything all over again for you, wallahi I would love to. Kemudian, sejak newborn sampai sekarang Bilal tak pernah sakit, tak pernah begadang, tak pernah susah makan. MashaaAllaah.

Terima kasih, sayang. Alhamdulillaah, Bilal adalah qurrota ‘ayyun, terutama untuk sesiapa yang menyayangimu. Penenteram jiwa saat sedih, kecewa, marah, kesal, dsj, melanda. MashaaAllaah. Bilal, you’re the sweetest. Tak hanya senantiasa datang memeluk dengan tawamu untuk menghibur, seakan paham Ambu sedang berduka hati, kamu pun akan datang dengan senyum dan tatap terpesona saat Ambu sedang dress up well dan dandan sedikit, yang mana selalu berhasil membuat Ambu tersipu dan haru. Ambu tak habis pikir, bayi sepertimu mampu bersikap sedemikian manis. MashaaAllaah.

Terima kasih, sayang. Bilal is the real explorer. Kamu mengajarkan Ambu banyak hal, diantaranya yang terindah ialah untuk berani bermimpi dan bertualang. Lagi-lagi, kamu yang baru bisa melangkah satu atau dua, namun mampu buat Ambu (dan Aba) berani ambil langkah-langkah baru, langkah kecil maupun besar, lebih hebat dari sebelumnya.

Dari semua kebahagiaan, kebaikan dan kemudahan yang kamu bawa, Ambu mohon maaf atas setiap kelalaian Ambu selama ini. Mulai dari baby blues yang menyerang Ambu tipis-tipis di bulan-bulan pertama kamu, tak lain karena Ambu tiba-tiba merasa tak siap dan pesimis seolah tak akan pernah mampu menghadapi kehidupan sebagai seorang Ibu. But, as your father convinced me, Allah will never give a single thing that He knows we can’t handle. Then now, you’re blooming, and never fail to amaze me; How nice Allah is to me.

Bilal sayang, mohon maafkan khilafnya Ambu yang seringnya kurang sabar, sering membiarkan Bilal sendiri, yang mana Bilal tidak suka, hanya demi kesenangan Ambu sendiri atau untuk memenuhi tanggungjawab Ambu sebagai istri. Terlepas dari itu, I love you, always. 

My prayer for you remains the same;

May Allah protect and guide you always.

May Allah shower you with blessings and mercy.

Ambu ridha padamu Bilal Abdel-Hafeez, semoga ridha Allah juga terlimpahkan untukmu. Aamiin.

Last but not least, I wrote this in purpose to remind older version of you that you are born to be wonderful. Never let anything or anyone drive you down. People make mistakes, but the great ones are them who always raise higher after every falls. And the most important is, fear and obey ALLAH! Remember Allah in everything you do, I assure you that with it you will never fail in life, and more so in the life after your death. We all are literally nothing without Him.

Grow well, son. I wish I could witness all your achievements in life, but I always pray for getting the chance to witness your best-biggest achievements; it’s when we can gather again in Jannah, and you will give me and your father the noble crowns and robe from Allah cos you manage to be a real hafidzul Qur’an. :’)

Dengan gerimis penuh haru dan harapan,

Dortmund, 1 Muharram 1440H

Ambu